Demo Site

Monday, April 16, 2012

Immunodilator dan Daya Tahan Tubuh Balita



Flu dan batuk tak kunjung sembuh?! Selain menjalani pola hidup sehat: makan, istirahat dan olahraga yang teratur serta cukup, immunodilator mendukung meningkatnya daya tahan tubuh. Namun hati-hati, konsumsinya tidak untuk jangka panjang!
Diam-diam Nisa menyimpan kecemasan yang besar. Bagaimana tidak. Setiap hari ibu muda ini selalu mendengar orang bicara soal kuman penyakit yang mengancam manusia, soal virus yang semakin merajalela, lalu zat berbahaya yang tersembunyi di balik aneka bahan makanan bahkan wadah makanan, dan… ah, Nisa jadi panik sendiri. Lebih-lebih mengingat putera semata wayangnya, bagaimana ia harus melindungi buah hatinya dari semua ancaman itu?

Kecemasan Nisa bukan tak beralasan. Kenyataannya, udara dan lingkungan kita memang jauh dari bersih, dan ini merupakan ‘surga’ bagi berkembangnya kuman penyakit. Bayangkan, hampir tak ada benda atau bahan makanan di sekeliling kita yang tak tercemar kuman. Bahkan, udara yang kita hirup pun mengandung kuman.

Yang jadi masalah, bukan hanya soal biaya berobat yang makin mahal, tapi kondisi sakit itu sendiri 'kan bukan hal yang menyenangkan. Begitu jatuh sakit, terganggulah semua aktivitas. Apalagi, anak yang sering sakit, pasti akan terganggu proses tumbuh kembangnya. Jadi, bagaimana sebaiknya?

Ada barikade pertahanan. Sebenarnya, Nisa tak perlu panik. Ya, karena pada dasarnya, tubuh kita punya kemampuan menangkal serangan aneka kuman. Dalam tubuh setiap orang terdapat barisan pertahanan atau sistem imun, yang tugasnya membentengi setiap ancaman dari ‘luar’. Tapi, bagaimana sistem pertahanan ini bekerja?

Jangan pandang enteng kulit tubuh kita, karena ternyata merupakan rintangan alami yang tangguh terhadap masuknya zat asing yang bisa merusak atau menginfeksi tubuh. Permukaan kulit yang utuh dan sehat hampir tak tertembus kuman. Apalagi, cairan keringat yang menempel di permukaan kulit juga mengandung antiseptik.

Selain kulit, barikade lainnya ada pada selaput lendir, cairan pencernaan (enzim dan asam lambung), urin, serta gerak usus dan rambut getar selaput lendir. Juga ada pertahanan lainnya, yaitu sel darah putih dan jaringan tubuh.

Pada sel darah putih dan jaringan tubuh terdapat sel khusus yang disebut fagosit dan makrofag yang fungsinya menangkap dan menghancurkan jasad renik, termasuk kuman penyakit yang masuk dalam tubuh. Zat anti kuman ini bisa terbentuk akibat reaksi dari masuknya kuman dalam tubuh. Zat anti yang juga disebut antibodi ini akan bereaksi dengan bagian kuman yang masuk (disebut antigen). Reaksi ini akan menyebabkan kuman lemah atau mati. Namun, pembentukannya perlu waktu. Makanya, kalau tubuh kemasukan kuman, akan timbul gejala sakit dulu. Baru setelah antibodi terbentuk dan ‘mengenali’ si kuman atau antigen, tindakan perlawanan pun dilakukan dan tubuh tak jadi sakit.

Antibodi dalam tubuh anak juga bisa terbentuk dari reaksi imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin yang berasal dari kuman yang sudah tidak membahayakan lagi bagi tubuh.

Jika sistem imun turun. Sayangnya, barisan penangkal atau sistem imun ini bisa menurun fungsinya. Ini terjadi bila ada gangguan pada sistem kerjanya, sehingga antigen atau kuman pun berhasil menerobos masuk, dan akhirnya balita jatuh sakit.

Anak yang kondisi gizinya tidak bagus, entah karena kekurangan gizi akibat anak sulit makan, atau gizi tak seimbang akibat kebiasaan makan yang salah, umumnya tidak memiliki barisan pertahanan tubuh yang kuat. Tidak heran, karena dalam keadaan gizi seperti ini, mana bisa jaringan tubuh membentuk zat anti dalam jumlah yang cukup. Selain itu, sel fagosit dan makrofag pada anak yang gizinya tidak baik akan kehilangan daya gerak dan kegesitannya dalam menerkam dan membunuh kuman yang masuk.

Anak dengan pola hidup yang tidak tepat, misalnya kurang istirahat atau malah kurang bergerak sehingga peredaran darahnya tidak lancar, juga tidak bisa membentuk sistem imun yang kuat. Tubuh mereka rentan dan cenderung mudah terserang infeksi. Begitu juga dengan anak yang selalu memendam stres, kurang perhatian, dan tidak bahagia, sistem imunnya juga jadi ‘loyo’.

Seperti Nisa, Anda pun tentu tak suka kalau balita bolak-balik sakit. Tetapi, daripada terus-menerus memendam cemas lalu menyalahkan lingkungan sebagai biang keladinya, mengapa tidak kita bentuk saja pertahanan yang kuat dalam tubuh anak? Ini jauh lebih penting, dan lebih mudah dilakukan.

Caranya? Apalagi kalau bukan menjalankan pola hidup sehat (lihat boks: Bangun Benteng Pertahanan Tubuh). Meningkatkan daya tahan tubuh balita artinya mendorong agar sistem pertahanan tubuhnya bekerja optimal. Sebab, kalau fungsi alami tubuh bekerja dengan baik, ia pun akan tanggap dalam menghalau kuman penyakit yang masuk dalam tubuh. Sebaliknya, bila fungsi alami tubuh tidak bekerja sempurna atau lemah, maka kuman pun merajalela.

Bantu dengan imunomodulator. Membentuk sistem imun dalam tubuh anak juga bisa dibantu dengan imunomodulator. Apa itu? Imunomodulator adalah zat yang dapat membantu mengatur sistem pertahanan tubuh, termasuk menguatkannya.

Ternyata, zat yang bersifat pendongkrak sistem pertahanan tubuh ini, banyak ditemukan dalam tanaman-tanaman di Indonesia. Mengingat Indonesia memang amat kaya akan tanaman berkhasiat obat, tak heran jika kini dikembangkan produk imunomodulator yang berasal dari tanaman-tanaman tertentu, yang sudah terbukti mempunyai efek meningkatkan pertahanan tubuh. Dalam dunia kesehatan, produk ini disebut fitofarmaka, yaitu obat yang berasal dari bahan alam, terutama ekstrak tumbuhan, yang sudah dibuktikan khasiat dan keamanannya, serta sudah dibakukan atau standardisasi terhadap bahan yang digunakan.

Salah satu contohnya adalah ekstrak tanaman Phyllanthus niruri L (meniran) yang terbukti berkhasiat menjaga dan menguatkan sistem imun anak sehingga sistem kekebalan tubuhnya dapat bekerja optimal. Selain membuat tubuh balital tidak mudah sakit, meniran juga membantu mempercepat masa penyembuhan.

Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apalagi yang kebetulan tubuhnya tidak memiliki sistem pertahanan yang prima, atau sedang dalam masa penyembuhan dan harus mengkonsumsi antibiotika, bisa menggunakan bantuan imunomodulator semacam ini. Dengan demikian, proses tumbuh kembang balita pun akan berjalan lancar.

Saat ini produk imunomodulator sudah dibuat dalam bentuk siap minum. Karena berasal dari bahan alami, selain harganya relatif murah, penggunaannya pun hampir tidak ada efek samping. Tentu saja tetap harus diingat, takaran atau dosis sesuai anjuran dan bukan untuk konsumsi dalam jangka panjang. Sebaiknya konsultasikan penggunaannya kepada dokter sebelum mengonsumsi.

sumber : ayahbunda.co.id

0 comments:

Post a Comment