Demo Site

Friday, July 26, 2013

mengajari berbagi pada anak


Beberapa aktivitas menyenangkan ini  bisa membantu Anda mengajarkan berbagi pada anak.

Mainan bergilir. Konsep bermain dengan suatu benda secara bergiliran lebih mudah dipahami anak balita daripada konsep berbagi mainan. Gunakan timer dan pasang dalam waktu singkat, misalnya 1-2 menit. Biarkan balita bermain suatu benda secara giliran dengan temannya. Dia akan membiarkan temannya bermain dengan benda tersebut karena dia tahu bahwa benda itu akan kembali padanya setelah waktu bermain temannya itu habis. Jangan lupa  memuji anak, misalnya dengan mengatakan, “Wah, baik sekali kamu meminjamkan Nia bonekamu.” Jika tidak ada orang lain, jadikan diri Anda sebagai teman berbagi untuknya.

Bermain peran. Tunjukkan pada anak bahwa dengan mau berbagi dia mendapatkan jalinan pertemanan yang erat dan menyenangkan.
Dokter-dokteran. Ajak salah satu teman anak untuk bermain bersamanya. Jadikan boneka sebagai pasien yang harus dibawa ke rumah sakit. Minta si kecil berperan sebagai ibu si pasien untuk memberikan bonekanya  pada temannya yang berperan sebagai dokter untuk diperiksa. Setelah selesai, minta temannya memberikan kembali boneka pada anak.
Bengkel mobil. Bila mainannya berupa mobil-mobilan, katakan pada anak jika mainannya ada kerusakan dan harus dibawa ke bengkel; minta dia memberikan mobilnya pada temannya yang berperan sebagai mekanik untuk dibetulkan. Setelah selesai, minta temannya untuk memberikan kembali mobil-mobilan itu pada si kecil.
Play date. Anak sering berkesempatan bermain bersama teman sebayanya akan banyak belajar tentang manfaat berbagi. Rancanglah play date, yakni kegiatan bermain bersama di suatu tempat yang sudah ditentukan. Waktunya jangan terlalu lama. Biarkan anak asyik bermain bersama teman-temannya. Awasi mereka dalam jarak tertentu.

Bermain di playground. Jadwalkan kunjungan rutin ke sebuah taman atau playground. Mainan-mainan di sana merupakan milik bersama sehingga situasinya mendukung anak untuk belajar berbagi. Namun jikakondisinya berubah, misalnya anak berebut mainan dengan anak lain, alihkan perhatiannya pada hal lain atau mengajaknya pulang. –bisa didrop

Menginap di tempat saudara. Sesekali, ajak anak menginap di rumah salah satu sepupunya yang sebaya. Balita berkesempatan belajar berbagi, misalnya berbagi makanan, mainan atau buku yang dia bawa dengan benda serupa milik sepupunya. Jika mungkin, biarkan mereka tidur satu tempat tidur.

Pinjam mainan atau buku. Setiap anak memiliki mainan yang sangat spesial  dan ia tak ingin meminjamkannya pada orang lain. Jika Anda ingin mengajari anak berbagi dengan cara pinjam meminjam mainan atau buku dengan anak tetangga, pisahkan dahulu mainan spesial balita dalam sebuah kotak atau lemari tertutup sebelum temannya datang. Katakan pada anak  bahwa mainan dalam kotak adalah mainan yang tidak ingin dia pinjamkan pada temannya. Sebaliknya, mainan di luar kotak adalah mainan yang anak tak keberatan  meminjamkannya pada teman.  

Peduli Musibah. Anak bisa belajar memberi perhatian dan berbagi pada orang lain ketika Anda mengajaknya berpartisipasi membantu masyarakat yang tertimpa musibah dengan, misalnya:
Menyumbangkan sebagian uang jajan atau uang pemberian orang (angpao), baju, baju seragam atau buku bekas layak pakai, alat tulis, serta mainan yang bersifat mendidik pada beberapa badan atau yayasan amal.
Mengikutsertakan anak saat membagikan sumbangan tersebut, jika kondisi memungkinkan. Selain bisa  merangsang kepekaan si kecil dalam menghayati dan  memahami perasaan orang lain yang tertimpa  musibah, Anda juga dapat menjelaskan dan mengajarkan padanya bagaimana sebaiknya ia bersikap kala menghadapi orang yang sedang tertimpa musibah.
sumber : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Tips/Balita/mengajarkan.balita.berbagi/001/005/1235/3

Sunday, February 24, 2013

Batita Banyak Bertanya


Dilihat dari kemampuan berbahasa, usia batita mencatat perkembangan yang luar biasa. Suatu hasil penelitian yang dilansir dari www.whattoexpect.com/toddler menyebutkan, di usia batita, dalam satu hari anak bisa menghasilkan hingga 12 ribu kata. Dengan catatan, kemampuan berbahasa pada setiap anak tentunya berbeda karena berbagai macam faktor. Kemampuan berbahasa batita sudah berkembang dari yang tadinya sebatas private speech atau berbicara sendiri yang tak dipahami menjadi sosial speech atau tuturan yang ditujukan kepada orang lain.“Anak-anak biasanya mulai bertanya ‘mengapa’ sekitar usia 2 tahun,” kata Dr. Iman Sharif, dokter dan profesor di The Children’s Hospital, Montefiore, Bronx, New York seperti dikutip dari surat kabar New York Times. Pada usia ini, kata Sharif, kemampuan bahasa anak telah berkembang dengan pesat dan mereka penuh dengan ide-ide untuk mengekspresikan kata-kata yang telah mereka pelajari. Ditambah lagi, “Anak-anak pada usia ini secara alami bersifat egosentris--dunia benar-benar berputar di sekitar mereka- mereka menginginkan apa pun di atas kendali mereka,” kata Sharif lagi.Batita mulai senang bertanya karena kemampuan bernalar mereka tengah berkembang pesat. Banyak atau tidaknya anak bertanya tergantung pada kemampuan anak dalam proses penyerapan kata-kata dan penyimpanan dalam memorinya. Sebagian anak dapat menyerap kata-kata dengan cepat (fastmapping). Misalnya, orangtua pernah mengucapkan kata  “helikopter” sambil menunjukkan gambarnya kepada  anak. Saat itu juga, si kecil mengingat kata “helipkopter” dan bentuknya yang khas. Umumnya, anak yang dapat menyerap kata-kata dengan cepat memiliki kosakata yang lebih banyak. Hal ini juga memegaruhi kemampuan anak untuk bertanya.Hal lain yang memengaruhi adalah berbagai stimulasi yang didapat anak. Juga, ada atau tidak faktor gangguan yang menjadi penghambat. Penentu berikutnya adalah modalitas belajar si anak. Ada anak yang lebih banyak menggunakan kemampuan visualnya dalam belajar. Ia lebih cepat dan lebih banyak menyerap informasi yang tertangkap oleh indra visual (tipe visual), seperti gambar, foto, film, atau kejadian yang berlangsung di hadapannya.  Modalitas belajar lainnya adalah kecenderungan menyerap informasi lebih banyak melalui apa yang didengar (tipe auditori).  Anak dengan tipe belajar auditori cenderung banyak bertanya karena ia menyukai penjelasan yang disampaikan secara lisan. Modalitas belajar yang ketiga adalah kecenderungan belajar sambil melakukan gerak seperti belajar sambil praktik atau belajar sambil melakukan gerakan tertentu untuk mempertahankan konsentrasi.