Friday, November 23, 2012
Membuat Puzzle-Alat Permainan Edukatif sendiri
Bahan : Kardus Bekas (Susu/makanan bayi), gambar di koran/kertas kado/majalah/brosur bekas/kalender
Peralatan : Gunting, Lem
Cara :
Potong kardus menjadi bentuk geometri tertentu untuk digunakan sebagai alasnya
Gunting gambar, lalu tempelkan ke bagian karton yang tidak bergambar
Buatlah pola potongan puzzle dan gunting sesuai pola tersebut. (sesuaikan dengan usia anak)
Tips:
Buatlah alas bentuk geometri yang ingin anda kenalkan kepada anak
Biarkan anak memilih gambar yang mereka sukai (atau anda bisa mencari gambar sesuai dengan tema yang anda pilih sebelumnya, namun tetap biarkan anak memilih)
Biarkan anak menggunting gambar untuk melatih jari-jari tangannya, lalu menempelkan ke karton.
Kenalkan kosa kata yang berkaitan dengan gambar yang mereka pilih
Misal anak memilih gambar nyamuk.
Rangsang anak sambil berdialog (bisa juga dalam rangka menuansakan agama)
Alhamdulillah, kakak sudah memilih gambar Nyamuk, serangga ciptaan Allah yang disebut dalam Al-Qur’an, jangan lupa sebelum memulai bermain mengucapkan Basmallah dan doa.
Berikan informasi yang berkaitan dengan nyamuk misal : bagian tubuh nyamuk, penyakit yang disebabkan nyamuk (Secara singkat dan jelas).
Firman Allah : Q.S. Al-Baqarah:26 yang artinya “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tiada ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang fasik”
sumber :http://yudhistira31.wordpress.com/2008/05/23/membuat-puzzle-alat-permainan-edukatif/
Saturday, November 17, 2012
pentingnya proses pembentukan karakter pada anak
Suatu hari seorang anak laki-laki sedang
memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang
sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu
sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu
dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah.
Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan
membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah
senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si
kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat
terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya?
Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang
berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan
seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat
ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat
terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak
dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap.
Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu
tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau
kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat
baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat
kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan
atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang.
Memandulkan kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami
kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya justru menjadi kuat
dan berkarakter.
Ada satu anekdot yang sering saya sampaikan pada
rekan saya, ataupun peserta seminar. Enak mana makan mie instant dengan mie
goreng seafood? Umumnya mereka yang suka mie pasti tahu jika mie goreng seafood
jauh lebih enak dari mie goreng instant yang hanya bisa dimasak tidak kurang
dari 3 menit. Apa yang membedakan enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut?
Prosesnya!
Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari
orangtua dan sekolah atau guru (jika memprioritaskan hal ini) untuk mendidik anak menjadi
pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta
disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka
dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut
pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan
sama) terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi
orangtua, guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter.
Subscribe to:
Posts (Atom)