Wednesday, December 12, 2012
Melamun, Otak Tidak Seimbang
Friday, November 23, 2012
Membuat Puzzle-Alat Permainan Edukatif sendiri
Bahan : Kardus Bekas (Susu/makanan bayi), gambar di koran/kertas kado/majalah/brosur bekas/kalender
Peralatan : Gunting, Lem
Cara :
Potong kardus menjadi bentuk geometri tertentu untuk digunakan sebagai alasnya
Gunting gambar, lalu tempelkan ke bagian karton yang tidak bergambar
Buatlah pola potongan puzzle dan gunting sesuai pola tersebut. (sesuaikan dengan usia anak)
Tips:
Buatlah alas bentuk geometri yang ingin anda kenalkan kepada anak
Biarkan anak memilih gambar yang mereka sukai (atau anda bisa mencari gambar sesuai dengan tema yang anda pilih sebelumnya, namun tetap biarkan anak memilih)
Biarkan anak menggunting gambar untuk melatih jari-jari tangannya, lalu menempelkan ke karton.
Kenalkan kosa kata yang berkaitan dengan gambar yang mereka pilih
Misal anak memilih gambar nyamuk.
Rangsang anak sambil berdialog (bisa juga dalam rangka menuansakan agama)
Alhamdulillah, kakak sudah memilih gambar Nyamuk, serangga ciptaan Allah yang disebut dalam Al-Qur’an, jangan lupa sebelum memulai bermain mengucapkan Basmallah dan doa.
Berikan informasi yang berkaitan dengan nyamuk misal : bagian tubuh nyamuk, penyakit yang disebabkan nyamuk (Secara singkat dan jelas).
Firman Allah : Q.S. Al-Baqarah:26 yang artinya “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tiada ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang fasik”
sumber :http://yudhistira31.wordpress.com/2008/05/23/membuat-puzzle-alat-permainan-edukatif/
Saturday, November 17, 2012
pentingnya proses pembentukan karakter pada anak
Tuesday, October 9, 2012
Mengajarkan Anak Bersedekah
2. Ceritakan kisah tentang orang yang suka bersedekah
Sunday, September 9, 2012
Anak sering mimisan, Berbahayakah?
Friday, August 31, 2012
Alergi Hawa Dingin
Thursday, August 30, 2012
Bila Si Kecil Banyak Bertanya
Pet! Listrik tiba-tiba padam, malam itu. Dengan sigap, abi segera menyalakan lampu minyak. Si 3th mengamati lampu minyak itu dengan penuh rasa ingin tahu. Tak lama kemudian, muncullah beberapa pertanyaan dari bibir mungilnya.
“Itu apa Bi?” “Itu lampu minyak, Sayang.” “Kok pakai lampu minyak kenapa Bi?” “Karena listrik mati.” “Listriknya kok mati kenapa toh Bi?” “Ya…mungkin karena tadi ada hujan deras.” “Kok tadi ada hujan deras kenapa Bi?” “Tadi di langit kan ada awan hitam, awan itu sekumpulan air, kalau turun jadi hujan.” Bla…bla…bla….Demikianlah pertanyaan si kecil bagai tak ada habisnya. Abinya pun dengan sabar menjawab pertanyaan putri sulungnya.
Rasa Ingin Tahu, Jangan Dimatikan
Anak-anak berusia 2-5 tahun memang seringkali mengajukan banyak pertanyaan kepada orangtua atau pengasuhnya. Pertanyaan mereka biasanya tidak jauh dari apa yang mereka temui, amati atau rasakan. Yang mendorong mereka mengajukan pertanyaan adalah besarnya rasa ingin tahu mereka terhadap segala sesuatu.
Sebenarnya, kita semua memiliki bekal rasa ingin tahu ini semenjak lahir. Kehebatan rasa ingin tahu inilah yang membuat bayi bisa merangkak, berjalan, dan bicara. Selanjutnya, rasa ingin tahu ini akan menentukan kualitas perkembangan otak mereka. Sayangnya, orangtua banyak melakukan intervensi negatif sehingga naluri penting ini terkubur dalam-dalam
Seringkali orangtua tak mau menjawab pertanyaan anak-anaknya yang menurut mereka terdengar konyol, lugu, dan seperti dibuat-buat. Seakan tak ada gunanya kalaupun orangtua mau repot-repot menjawabnya. Hal ini menjadikan anak belajar untuk mematikan rasa ingin tahunya. Setelah pertanyaan-pertanyaannya tak pernah dijawab, anak pun jadi malas untuk bertanya lagi, dan jadi tak peduli pada segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Tindakan orangtua yang mematikan rasa ingin tahu anak itu sungguh tidak mendidik dan berpengaruh buruk terhadap perkembangan otak anak.
Sebagian kecil orangtua memang ada yang sangat mendukung perkembangan intelektual anaknya. Mereka bukan hanya menjawab pertanyaan anak, tetapi juga berusaha melakukan sesuatu untuk semakin menumbuhkan rasa ingin tahu sang anak. Mereka mendorong anak untuk bertanya dan terus bertanya, hingga anak sendiri yang kehabisan pertanyaan. Untuk itu, para orangtua ini menyediakan waktu sebanyak mungkin, karena mereka tahu, sepatah kata jawaban bisa menjadi sangat berarti bagi perkembangan sel saraf otak anak.
Perlu Kesabaran
Orangtua yang tidak sabaran, mungkin cuma diam atau menjawab ‘tidak tahu’ saat ditanya sang anak. Kadang, pertanyaan anak malah dijawab dengan bentakan, “Sudah diam! Jangan tanya-tanya terus. Ibu capek.”
Memang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anak itu diperlukan kesabaran, di samping perhatian dan kepandaian dalam menjawab. Seorang ibu yang sudah disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah, mungkin akan lelah menghadapi seribu satu macam pertanyaan anaknya. Demikian juga dengan sang ayah yang sudah bekerja seharian mencari nafkah. Rasa lelah itu bisa menghilangkan mood untuk sekadar menjawab sang anak.
Bukankah jika kita menyatakan siap punya anak, secara otomatis kita juga harus siap ‘direpoti’? Adalah salah besar jika hanya karena alasan sibuk atau capek, lalu orangtua mematikan rasa ingin tahu sang anak. Sebisa mungkin, walau sedang sibuk bekerja, kita tetap berusaha memberi perhatian pada anak. Sambil memasak, seorang ibu bisa menjawab pertanyaan anak. Sambil membersihkan rumah pun bisa terus mengobrol dengan mereka.
Sekali lagi, dalam hal ini memang dibutuhkan kesabaran tinggi. Dalam menjawab pun kita harus menunjukkan perhatian, yang bisa ditampakkan lewat mimik muka dan cara menjawab dengan nada bersungguh-sungguh.
Jawablah dengan Benar
Orangtua tak perlu memberikan jawaban panjang atau berbelit-belit, sehingga malah sulit dimengerti anak. Cukuplah menjawab pertanyaan anak dengan jawaban pendek dengan bahasa yang disesuaikan dengan pemahaman anak. Jangan pernah menjawab pertanyaan anak dengan sembarangan. Jika menjawab, jawablah dengan benar. Jika orang tua tidak tahu jawaban yang benar, tak usah mencoba berbohong. Lebih baik katakan tidak tahu, dan cobalah menerangkan di lain waktu bila jawabannya sudah didapat. Sebagaimana contoh kasus di awal tulisan ini, Abu Asma’ berusaha menjawab pertanyaan putrinya dengan jawaban-jawaban pendek yang mudah dipahami.
Beruntunglah anak bila orangtuanya selalu berusaha menjawab pertanyaannya dengan benar. Selain bisa memuaskan hatinya, jawaban itu juga akan menambah pengetahuan dan wawasannya. Sayangnya, tak sedikit orangtua yang suka memberikan jawaban tidak benar pada anak. Misalnya saat Hasan (5) bertanya pada ibunya tentang gempa yang menyebabkan genting-genting di rumahnya melorot ke bawah. “Kok terjadi gempa kenapa Bu?” “Karena ada raksasa besar yang mengamuk di dalam laut, jadi bumi bergoncang.” Mungkin jawaban tersebut bisa diterima oleh daya imajinasinya, akan tetapi jawaban itu tidak menambah perbendaharaan pengetahuannya. Jawaban semacam ini sangat tidak bermanfaat, dan harus dijauhi oleh para orangtua. Seharusnya pertanyaan Hasan bisa dijawab, “Gempa itu penyebabnya bisa bermacam-macam. Salah satunya karena ada gunung meletus di daratan atau lautan, jadi bumi bergoncang.” Jika Hasan masih penasaran dengan sebab-sebab gempa lainnya, ibu bisa mencarikan referensi, misalnya buku atau majalah yang membahas tentang gempa, untuk dibacakan atau dibaca sendiri oleh Hasan.
Kemampuan Otak Balita
Mungkin kita mengira, anak-anak balita itu selain lugu juga tak tahu apa-apa tentang alam semesta kehidupannya. Tapi adalah kesalahan besar jika kita menganggap mereka bodoh, karena mereka mempunyai daya tangkap dan daya ingat yang jauh lebih hebat dari yang kita pikirkan. Dari sekian banyak pertanyaannya yang dia ajukan dalam sehari, pasti ada yang masuk dan direkam baik-baik dalam otaknya. Ya, balita memang memiliki kemampuan menangkap pengetahuan dengan hebat, karena otak mereka belum dipengaruhi untuk memikirkan hal-hal lain.
Sebuah pertanyaan saja, bagi anak ibarat mempelajari sebuah bab pelajaran di sekolah sebagaimana yang dipelajari kakak-kakaknya. Maka jawabannya akan sangat berarti untuk mengasah ketajaman otaknya.
Yang perlu dikhawatirkan justru kalau anak terlalu pendiam, dan tidak ingin tahu banyak tentang segala sesuatu. Ia tidak pernah bertanya, dan tidak tertarik dengan adanya benda baru. Anak seperti ini harus ‘dipancing’ untuk membangkitkan rasa ingin tahunya. Orangtua bisa memulai dengan mengajukan pertanyaan, “Azmi, mengapa kalau siang tampak terang dan malam tampak gelap?” Atau, “Kamu dan ayam sama-sama punya kaki. Mengapa kamu bisa menendang bola, ayam tidak?” Dengan pertanyaan menarik diharapkan anak akan terangsang, kemudian menanyakan segala sesuatu. Makin sering orangtua memancing dengan berbagai pertanyaan menarik, tentu anak akan meniru tindakan orangtua.
Untuk mengembangkan kemampuan anak bertanya, bimbinglah anak untuk mempraktikkan kunci utama pertanyaan, yaitu 5W+1H. Yang dimaksud 5W+1H adalah what (apa), when (kapan), where (di mana), who (siapa), why (mengapa) dan how (bagaimana)
Selain itu orang tua juga bisa menyediakan buku bacaan atau majalah islami untuk anak-anak. Melihat gambar-gambarnya yang menarik dan berwarna-warni, bisanya anak-anak akan tertarik untuk mempertanyakan apa yang ia lihat. Jika anak tetap belum banyak bertanya seperti yang kita harapkan, maka orangtua yang harus aktif menyakan segala sesuatu tentang gambar-gambar atau kisah di buku tersebut. Yang mesti disadari, proses ini membutuhkan waktu dan memerlukan kesabaran. Semoga kita memiliki putra-putri yang shalih dan pintar.
Maraji’:
Mendidik dengan Cinta, Irawati Istadi. Pustaka Inti.
Tuesday, May 1, 2012
mengajar membaca pada anak

Wednesday, April 25, 2012
Bagaimana Mengoptimalkan Kecerdasan Balita pada Masa Golden Years?
Thursday, April 19, 2012
Pentingnya Mengenal 4 Karakter Dasar Manusia (Menurut Florence Litteur's Personality Plus) Dalam Mendidik Anak

Monday, April 16, 2012
Immunodilator dan Daya Tahan Tubuh Balita

Flu dan batuk tak kunjung sembuh?! Selain menjalani pola hidup sehat: makan, istirahat dan olahraga yang teratur serta cukup, immunodilator mendukung meningkatnya daya tahan tubuh. Namun hati-hati, konsumsinya tidak untuk jangka panjang!
Kecemasan Nisa bukan tak beralasan. Kenyataannya, udara dan lingkungan kita memang jauh dari bersih, dan ini merupakan ‘surga’ bagi berkembangnya kuman penyakit. Bayangkan, hampir tak ada benda atau bahan makanan di sekeliling kita yang tak tercemar kuman. Bahkan, udara yang kita hirup pun mengandung kuman.
Yang jadi masalah, bukan hanya soal biaya berobat yang makin mahal, tapi kondisi sakit itu sendiri 'kan bukan hal yang menyenangkan. Begitu jatuh sakit, terganggulah semua aktivitas. Apalagi, anak yang sering sakit, pasti akan terganggu proses tumbuh kembangnya. Jadi, bagaimana sebaiknya?
Ada barikade pertahanan. Sebenarnya, Nisa tak perlu panik. Ya, karena pada dasarnya, tubuh kita punya kemampuan menangkal serangan aneka kuman. Dalam tubuh setiap orang terdapat barisan pertahanan atau sistem imun, yang tugasnya membentengi setiap ancaman dari ‘luar’. Tapi, bagaimana sistem pertahanan ini bekerja?
Jangan pandang enteng kulit tubuh kita, karena ternyata merupakan rintangan alami yang tangguh terhadap masuknya zat asing yang bisa merusak atau menginfeksi tubuh. Permukaan kulit yang utuh dan sehat hampir tak tertembus kuman. Apalagi, cairan keringat yang menempel di permukaan kulit juga mengandung antiseptik.
Selain kulit, barikade lainnya ada pada selaput lendir, cairan pencernaan (enzim dan asam lambung), urin, serta gerak usus dan rambut getar selaput lendir. Juga ada pertahanan lainnya, yaitu sel darah putih dan jaringan tubuh.
Pada sel darah putih dan jaringan tubuh terdapat sel khusus yang disebut fagosit dan makrofag yang fungsinya menangkap dan menghancurkan jasad renik, termasuk kuman penyakit yang masuk dalam tubuh. Zat anti kuman ini bisa terbentuk akibat reaksi dari masuknya kuman dalam tubuh. Zat anti yang juga disebut antibodi ini akan bereaksi dengan bagian kuman yang masuk (disebut antigen). Reaksi ini akan menyebabkan kuman lemah atau mati. Namun, pembentukannya perlu waktu. Makanya, kalau tubuh kemasukan kuman, akan timbul gejala sakit dulu. Baru setelah antibodi terbentuk dan ‘mengenali’ si kuman atau antigen, tindakan perlawanan pun dilakukan dan tubuh tak jadi sakit.
Antibodi dalam tubuh anak juga bisa terbentuk dari reaksi imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin yang berasal dari kuman yang sudah tidak membahayakan lagi bagi tubuh.
Jika sistem imun turun. Sayangnya, barisan penangkal atau sistem imun ini bisa menurun fungsinya. Ini terjadi bila ada gangguan pada sistem kerjanya, sehingga antigen atau kuman pun berhasil menerobos masuk, dan akhirnya balita jatuh sakit.
Anak yang kondisi gizinya tidak bagus, entah karena kekurangan gizi akibat anak sulit makan, atau gizi tak seimbang akibat kebiasaan makan yang salah, umumnya tidak memiliki barisan pertahanan tubuh yang kuat. Tidak heran, karena dalam keadaan gizi seperti ini, mana bisa jaringan tubuh membentuk zat anti dalam jumlah yang cukup. Selain itu, sel fagosit dan makrofag pada anak yang gizinya tidak baik akan kehilangan daya gerak dan kegesitannya dalam menerkam dan membunuh kuman yang masuk.
Anak dengan pola hidup yang tidak tepat, misalnya kurang istirahat atau malah kurang bergerak sehingga peredaran darahnya tidak lancar, juga tidak bisa membentuk sistem imun yang kuat. Tubuh mereka rentan dan cenderung mudah terserang infeksi. Begitu juga dengan anak yang selalu memendam stres, kurang perhatian, dan tidak bahagia, sistem imunnya juga jadi ‘loyo’.
Seperti Nisa, Anda pun tentu tak suka kalau balita bolak-balik sakit. Tetapi, daripada terus-menerus memendam cemas lalu menyalahkan lingkungan sebagai biang keladinya, mengapa tidak kita bentuk saja pertahanan yang kuat dalam tubuh anak? Ini jauh lebih penting, dan lebih mudah dilakukan.
Caranya? Apalagi kalau bukan menjalankan pola hidup sehat (lihat boks: Bangun Benteng Pertahanan Tubuh). Meningkatkan daya tahan tubuh balita artinya mendorong agar sistem pertahanan tubuhnya bekerja optimal. Sebab, kalau fungsi alami tubuh bekerja dengan baik, ia pun akan tanggap dalam menghalau kuman penyakit yang masuk dalam tubuh. Sebaliknya, bila fungsi alami tubuh tidak bekerja sempurna atau lemah, maka kuman pun merajalela.
Bantu dengan imunomodulator. Membentuk sistem imun dalam tubuh anak juga bisa dibantu dengan imunomodulator. Apa itu? Imunomodulator adalah zat yang dapat membantu mengatur sistem pertahanan tubuh, termasuk menguatkannya.
Ternyata, zat yang bersifat pendongkrak sistem pertahanan tubuh ini, banyak ditemukan dalam tanaman-tanaman di Indonesia. Mengingat Indonesia memang amat kaya akan tanaman berkhasiat obat, tak heran jika kini dikembangkan produk imunomodulator yang berasal dari tanaman-tanaman tertentu, yang sudah terbukti mempunyai efek meningkatkan pertahanan tubuh. Dalam dunia kesehatan, produk ini disebut fitofarmaka, yaitu obat yang berasal dari bahan alam, terutama ekstrak tumbuhan, yang sudah dibuktikan khasiat dan keamanannya, serta sudah dibakukan atau standardisasi terhadap bahan yang digunakan.
Salah satu contohnya adalah ekstrak tanaman Phyllanthus niruri L (meniran) yang terbukti berkhasiat menjaga dan menguatkan sistem imun anak sehingga sistem kekebalan tubuhnya dapat bekerja optimal. Selain membuat tubuh balital tidak mudah sakit, meniran juga membantu mempercepat masa penyembuhan.
Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apalagi yang kebetulan tubuhnya tidak memiliki sistem pertahanan yang prima, atau sedang dalam masa penyembuhan dan harus mengkonsumsi antibiotika, bisa menggunakan bantuan imunomodulator semacam ini. Dengan demikian, proses tumbuh kembang balita pun akan berjalan lancar.
Saat ini produk imunomodulator sudah dibuat dalam bentuk siap minum. Karena berasal dari bahan alami, selain harganya relatif murah, penggunaannya pun hampir tidak ada efek samping. Tentu saja tetap harus diingat, takaran atau dosis sesuai anjuran dan bukan untuk konsumsi dalam jangka panjang. Sebaiknya konsultasikan penggunaannya kepada dokter sebelum mengonsumsi.
sumber : ayahbunda.co.id
Sunday, April 15, 2012
5 Cara Mengatasi Anak yang Terlanjur Manja

5 Cara Mengatasi Anak yang Terlanjur Manja
Saat mulai memandirikan anak, hindari marah bila anak “lama” melakukan sesuatu. Ingat, segala sesuatu butuh proses.
Pola asuh orangtua di rumah menentukan kemandirian anak. Anak usia 2-3 tahun sebenarnya sudah bisa dilatih mandiri. Namun tak sedikit balita yang terbiasa melakukan sesuatu dengan bantuan atau “intervensi” pengasuh dan orangtua. Anak selalu dilayani kebutuhannya. Kalau sudah begini, jangan heran jika anak sulit mandiri karena terlanjur serba dilayani.
Tapi tenang saja, Anda masih bisa mengubah pola yang sudah terbentuk itu. Berikut cara mengubahnya, seperti disarankan oleh Alzena Masykouri, MPsi, dari KANCIL, Jakarta.
1 Kompak
Ajak bicara anak dan orang-orang di lingkungan sekitar, yaitu kakek, nenek, dan pengasuhnya. Tujuannya agar terjadi persamaan perlakuan terhadap anak sehingga apa yang menjadi target tercapai.
Semua harus di bawah satu komando, yaitu orangtua, bagaimana metode yang akan ditempuh dalam memandirikan anak.
2 Bersabar
Selanjutnya, mulai terapkan program memandirikan anak. Hindari marah bila anak “lama” melakukan sesuatu. Ingat, segala sesuatu butuh proses.
3 Komunikasi
Sampaikan apa yang menjadi harapan orangtua. Katakan saja, misalnya “Kakak sudah besar. Jadi, mulai sekarang Kakak bisa mandi sendiri, ya.”
Berikan arahan dengan nada datar dan pendek, juga tidak cepat karena rentang perhatian anak yang masih singkat. Seperti, “Ya, sekarang buka sepatunya, lalu kaus kakinya, ya. Simpan di rak sepatu.” Bisa juga dengan kalimat, “Ayo siapa yang paling cepat memakai sepatu, Ayah atau Kakak?”
4 Konsisten
Bila anak bosan, merasa tidak mampu, merasa dipaksa, maka akan gagal program Anda untuk melatih anak mandiri. Katakan kepadanya, “Semua ini kebutuhan kamu. Kalau kamu tidak mau makan sendiri, nanti merasa lapar.” Jadi, tetap berikan dukungan, bukan bantuan.
5 Apresiasi
Ketika anak berhasil mencapai suatu target kemandirian, berikan reward yang membuat anak merasa bangga dengan dirinya. Anak akan merasa percaya diri dan meyakini bahwa ia mampu melakukan sendiri.
Penting diingat, meminta anak melakukan sesuatu bukan berarti Anda tak sayang atau tak mau memerhatikan anak. Orang lain mungkin saja menilai Anda sebagai “Ratu atau Raja Tega”, biarkan saja. Toh, Anda melakukannya tanpa kekerasan, ancaman, atau hukuman. Prinsipnya, Anda ingin mengubah paradigma selalu dibantu dan diladeni ini. Yang juga perlu diingat, persaingan di era masa depan sangat ketat. Kalau anak tak mandiri sejak dini, ia tak siap menghadapinya.
(Tabloid Nakita/Hilman Hilmansyah)
Sumber: KOMPAS.com
Wednesday, April 11, 2012
Anak Sakit, Jangan Panik (2)
Anak Sakit, Jangan Panik (2)

Foto: Getty Images
Pertolongan Pertama
Berikut beberapa obat P3K wajib dan cara pertolongan pertama yang bisa dilakukan orangtua di rumah.
1. Mengistirahatkan anak.
2. Memberi makanan yang berigizi.
3. Memberi cairan/minuman yang mencukupi terutama pada anak yang demam.
4. Untuk anak yang panas, Anda bisa memberikannya obat panas sesuai dosis. Misalnya parasetamol dan ibuprofen. Atau Anda bisa mengompresnya dengan air hangat.
5. Pada anak yang muntah, berikanlah mereka cairan/minuman (oralit) dengan porsi yang sedikit tapi sering, terlebih di satu jam pertama. Setelah itu, tingkatkan dosis minumannya perlahan-lahan.
Perhatikan Logo Obat
Simbol bulatan berwarna dalam setiap obat memiliki arti tertentu agar konsumen tidak sembarangan atau berhati-hati saat mengonsumsi obat.
Hijau
Bulat, berwarna hijau, dengan lingkaran hitam di luarnya adalah logo untuk obat bebas. Artinya, obat dapat dibeli tanpa resep dokter.
Biru
Bulat dan berwarna biru dengan lingkaran hitam di luarnya berarti obat bebas terbatas. Obat bebas masuk dalam bagian obat keras dimana setiap takaran yang digunakan diberi batas.
Merah
Bulat, berwarna merah dengan lingkaran hitam di luarnya, dan huruf K di dalamnya merupakan logo untuk obat keras. Obat keras hanya boleh dikonsumsi menurut anjuran dan sesuai dengan resep dokter. Selain obat, simbol ini juga terdapat pada kemasan suntikan yang terbungkus dan digunakan secara parenteral. Jadi, jika Anda ingin mengonsumsinya tanpa resep dokter, lebih baik pikirkan kembali.
Nah, sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, semua obat harus mencantumkan tanda peringatan (logo) ini, serta etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi. Jadi, jika Anda menemukan obat tanpa disertai logo di atas, sebaiknya Anda jangan meminumnya.
Anak Sakit, Jangan Panik (1)
Anak Sakit, Jangan Panik (1)

Foto: Getty Images
Saat buah hati sakit, orangtua sebenarnya masih bisa memberikan pertolongan pertama sebelum membawanya ke dokter.
Tak sedikit orangtua yang kebingungan mengatasi anak yang sakit. Bisa saja orangtua tidak begitu memahami penanganannya atau faktor lain seperti kemacetan lalu lintas yang menghambat perjalanan menuju ke dokter atau bisa saja pada waktu tersebut anak belum bisa dibawa ke dokter. Di tengah kepanikan, orangtua akhirnya terpaksa memberikan obat yang dibeli di warung atau mencari tahumetode pengobatan lewat internet. Padahal, diagnosis ahli kesehatan sangat diperlukan untuk menentukan obat yang pas.
Nah, agar kejadian di atas tidak sampai terjadi pada Anda, dr. Prisca Tallulembang, SpA., dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk menjelaskan 8 jenis penyakit yang sering dialami anak-anak beserta penyebab dan cara mengatasinya.
Faringitis
Umumnya radang tenggorokan atau faringitis disebabkan oleh virus. Di samping itu, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh bakteri, mikoplasma, dan klamida. Pada buku “123 Penyakit dan Gangguan pada Anak”, gejala radang tenggorokan biasanya ditandai nyeri di tenggorokan, demam, sakit kepala, pembesaran kelenjar di leher, pilek, dan bersin-bersin. Kalau kondisinya memang sudah begini, baiknya orangtua segera memeriksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dikarenakan bakteri atau virus.
Jika penyebabnya bakteri, dokter hanya akan memberikannya antibiotik yang sesuai dengan bakterinya. Atau jika dikarenakan virus, diperlukan obat analgesik (penahan rasa sakit). Biasanya, anak diharuskan beristirahat dengan cukup, banyak minum air putih, dan vitamin.
Tonsilitis
Tonsilitis atau amandel (radang tonsil) merupakan bagian dari sistem kelenjar getah bening. Pembengkakan pada tonsil ini disebabkan oleh virus dan bakteri. Gejalanya, anak merasa nyeri saat menelan sehingga ia menolak makan dan minum. Akibatnya, badannya lemas, suara serak, susah tidur, serta ada pembesaran kelenjar di leher dan dagunya.
Untuk mengatasinya, pertama-tama, berikanlah anak sirup parasetamol untuk menurunkan demamnya. Usahakan anak sering minum dan banyak istirahat. Jika sakit ini tidak berkurang setelah tiga hari dan demamnya malah semakin tinggi, segera periksakan anak ke dokter.
Rhinitis
Nama lainnya adalah common cold dan selesma. Penyakit yang juga mengganggu saluran pernapasan ini, umumnya disebabkan oleh virus. Faktor pemicunya biasanya kontak dengan alergen, seperti debu, tungau debu rumah, serbuk sari bunga, dan bulu binatang. Makanan seperti kacang, seafood , susu sapi, telur, dan ikan juga bisa menyebabkan selesma.
Anak-anak yang terkena rhinitis akan merasakan gatal, bengkak, dan berair pada mata dan hidungnya. Tenggorokan dan telinganya juga terasa nyeri, sulit menelan, serak, dan batuknya hilang timbul. Ada baiknya Anda rutin menjaga lingkungan rumah, khususnya tempat-tempat yang biasa didatangi anak agar bebas debu dan kotoran. Jangan lupa bawa anak ke dokter untuk perawatan yang lebih lanjut.
Vomitus
Vomitus atau yang sering disebut muntah pada anak biasanya disebabkan karena gangguan pada usus dan lambung yang dikarenakan infeksi, iritasi makanan, dan trauma, gangguan saraf pusat (otak) yang disebabkan trauma dan infeksi, atau makan makanan secara berlebihan.
Ketika anak muntah, jangan berikan mereka minuman kaleng, jus buah yang terlalu manis, dan makanan yang mengandung lemak. Untuk menghentikan muntahnya, berikan antibiotik yang bisa dibeli di apotek. Namun jika muntahannya sudah tidak wajar (cirinya berwarna kehijauan) dan disertai demam tinggi, sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit.
Diare
Diare merupakan penyakit paling umum pada balita. Penyebab penyakit ini ada beberapa hal yaitu virus, bakteri, dan parasit. Namun penyakit ini juga bisa juga disebabkan gangguan absorbsi (penyerapan).
Diare bisa sangat berbahaya jika anak mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) dan gangguan keseimbangan elektrolit. Sebagai pertolongan pertama, selama diare berikan cairan yang lebih banyak, makan yang teratur, dan istrirahat yang cukup. Anda boleh memberikannya obat antidiare (oralit, misalnya), tapi jangan antibiotik karena itu hanya akan memperparah diarenya.
Meteorismus
Dikenal dengan nama perut kembung dan disebabkan bakteri yang tumbuh lampau, intoleransi laktosa, dan gangguan fungsi saluran cerna (mag). Cara mengatasi kembung di rumah adalah dengan memosisikan anak setengah duduk dan menepuk ringan punggungnya agar ia mudah bersendawa. Lalu berikan anak minyak telon atau minyak kayu putih di bagian perut sambil dipijat lembut. Jika kembungnya sampai membuat sesak, muntah, atau BAB, segera bawa anak ke dokter.
Ruam
Ruam pada kulit biasanya muncul karena disebabkan oleh virus, seperti virus campak, campak Jerman (rubella ), roseola infantum , cacar air (varicella ), dan penyakit kaki tangan dan mulut (HMFD). Akan tetapi jika ruam muncul pada pipi (dermatitis atopik) lebih sering berhubungan dengan alergi makanan atau susu sapi. Selain makanan, faktor pemicu dermatitis atopik biasanya dikarenakan alergi pada sabun, bahan wol, detergen, perubahan iklim yang ekstrim, debu dan kutu, serta bulu binatang.
Tandanya kulit anak berubah menjadi kering, gatal, dan kemerahan terutama di daerah wajah, lengan atau badan. Usahakan jangan sampai anak menggaruk ruam ini, karena akan membuat kulit meradang dan luka.
Cara mengatasinya adalah sering mengganti seprai tempat tidur anak, cuci mainan anak sesering mungkin, dan menjauhkan anak dari binatang peliharaan. Selain itu, berikan lotion pelembap kulit khusus bayi, mengompres dan memandikan anak dengan air hangat untuk mengurangi rasa gatalnya, dan memberikan krim hidrokortison 1% yang bisa dibeli di apotek (sebaiknya dikonsultasikan ke dokter).
Kolik Infantile
Penyebab penyakit ini belum diketahui. Ada dugaan, berhubungan dengan gangguan motilitas pencernaan atau gangguan interaksi antara ibu dan bayi sehingga mengganggu kenyamanan bayi.
Dilansir dari situs RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, kolik biasanya ditandai dengan bayi berusia kurang dari 4 bulan yang menangis terus-menerus tiada henti (biasanya 3 jam) tanpa sebab medis. Dalam seminggu kolik bisa berlangsung 3 hari dalam seminggu dan “serangan” itu seringkali datang di sore atau malam hari. Biasanya ini dikaitkan dengan faktor emosional ibu (pemarah, emosi, tak sabar, pemalas, dan tidak keibuan) yang kemudian memengaruhi psikologis bayinya.
Saran bagi para ibu yang anaknya mengalami kolik infantile , sebaiknya sesegera mungkin mengkonsultasikan masalah ini ke dokter anak agar dokter dapat mengevalusi secara klinis masalah emosional ibu dan anaknya.
Ester Sondang / bersambung
sumber: Buku "123 Penyakit dan Gangguan pada Anak"; Dr dr Hanifah Oswari, Sp.A(K) dan dr Rudianto Sofwan; BIP Kelompok Gramedia; 2009.
Tuesday, April 10, 2012
5 Langkah Mengatasi Anak Pemalu

KOMPAS.com — Orangtua kerap merasa kebingungan untuk mengatasi anak mereka yang punya sifat pemalu. Jika selalu membantu sang anak untuk mengatasi rasa takut dan malu saat bertemu orang baru, Anda pasti khawatir akan perkembangan kehidupan sosialnya di masa depan. Selain itu, anak-anak juga akan selalu tergantung pada orangtuanya. Anak-anak pemalu cenderung membatasi pengalaman mereka, tidak mengambil risiko sosial yang diperlukan, dan hasilnya mereka tidak akan memperoleh kepercayaan diri dalam berbagai situasi sosial.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua agar anak-anak merasa lebih nyaman dalam kelompok, yakni mempraktikkan keterampilan kompetensi sosial dan membuatnya tak menjadi anak pemalu.
1. Gunakan kontak mata. Saat bicara dengan anak, biasakan untuk selalu menggunakan kontak mata langsung. Secara tak sadar, hal ini akan memperkuat rasa percaya diri anak. Adanya kontak mata saat menghadapi lawan bicara akan menimbulkan kepercayaan diri bagi seseorang. Namun, jika anak tak nyaman saat melakukan kontak mata, ajarkan dia untuk bicara sambil menatap hidung lawan bicaranya. Dengan beberapa kali latihan seperti ini, lama-kelamaan rasa percaya dirinya akan meningkat dan teknik ini tak lagi dibutuhkan.
2. Ajarkan percakapan pembuka dan penutup. Buatlah sebuah daftar kalimat untuk membuka dan menutup percakapan untuk berbagai kelompok seperti, orang yang belum pernah ditemui, orang yang sudah dikenal, seorang teman baru, dan lainnya. Kemudian latihlah mereka untuk berbicara saling berhadapan dengan berbagai tipe lawan bicara yang mungkin ditemuinya. Melatih kemampuan dan keberanian secara langsung dengan lawan bicara akan jauh lebih berhasil untuk mengurangi rasa malu anak dibandingkan dengan pembicaraan di telepon.
3. Melatih dalam berbagai situasi sosial. Jika kebetulan Anda menghadiri acara yang tidak terlalu formal dan diperbolehkan membawa anak, ajaklah dia dalam acara tersebut sekaligus melatihnya untuk menghilangkan rasa canggung dan malu. Siapkan anak untuk menghadapi acara tersebut dengan menjelaskan situasi yang kemungkinan akan terjadi, begitu juga mengenai orang yang akan mereka temui, sampai apa yang Anda harapkan dari si kecil. Hal ini bertujuan untuk membuatnya nyaman dan lebih mengenal situasi acara karena anak-anak akan lebih nyaman dan lebih berani ketika mereka sudah mengenal sebuah tempat dan acaranya terlebih dahulu. Kemudian bantu ia untuk berlatih saat bertemu orang baru, mengenal table manner, keterampilan percakapan, sampai mengucapkan selamat tinggal.
4. Berlatih dengan anak yang lebih muda. Philip Zimbardo, psikolog yang kerap menangani masalah menghadapi rasa malu, merekomendasikan sebuah cara untuk mengatasi rasa malu pada anak-anak. Caranya dengan mengelompokkan anak pemalu dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Secara tidak langsung mereka akan memulai percakapan dan secara naluri akan membuat mereka lebih percaya diri karena dia merasa lebih dewasa dan bisa melindungi adik-adiknya.
5. Gunakan metode "one on one". Dr Fred Frankel, psikolog dari UCLA Social Skills Training Program, menyarankan, untuk mengatasi rasa malu pada anak, gunakan metode one on one sebagai cara untuk membangun kepercayaan sosial. Ini adalah suatu metode Anda mengundang seorang anak lain untuk bermain bersama anak Anda selama beberapa jam. Hal tersebut bertujuan agar mereka mengenal satu sama lain, dan melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berteman.
Monday, April 9, 2012
Mengatasi Anak Susah Makan

Tips : Mengatasi Anak
Berkaca dari pengalaman pribadi ketika anak saya susah makan di waktu umurnya 1th. Berbagai referensi buku dibaca, tanya dokter, orang tua, tetangga , teman-teman, browsing di internet cari tips praktis mengatasi anak susah makan. Akhirnya juga resepnya kita yang ramu sendiri sesuai kebutuhan anak.
- VARIATIF
Kebetulan waktu anak saya sama sekali gak mau makan nasi, sukanya mie goreng. Maka untuk menjaga keseimbangan asupan gizinya, saya siasati dengan memvariasikan jenis karbohidrat (nasi, gandum, mie, pasta, havermut, kentang, ubi, dll) tanpa mengabaikan makanan kesukaan anak. Boleh makan mie goreng tapi tidak setiap saat, kalo toh mie goreng itu juga bukan instant dan ditambah sawi, kol, wortel, buncis, ayam suwir, baso, sosis, daun bawang, tomat. Pokoknya komplit karbohidrat, protein dan vitamin.
- DO NOT FORCE
Selain itu juga yang perlu diingat adalah ketika anak tidak mau makan, jangan dipaksa. JANGAN PERNAH DIPAKSA!! Bukankah kita ingin menciptakan suasana makan itu menyenangkan agar anak berselera makan, jangan sampai ketika tiba waktu makan anak malah horror alias takut makan yang bisa terbawa sampai dia besar nanti.
- NICE SERVING
- MAKE IT FUN
Ciptakan suasana makan yang nyaman, asyik, dan berselera. Minimal dengan cara makan bersama keluarga. Sehingga anak dapat melihat secara langsung bagaimana anggota keluarga lain lahap makan. Ketika anak belum mau makan, berikan alternative makanan/camilan yang lain.
Berikut resep makanan kesukaan anak saya ketika berumur 1 th :
- Kentang rebus siram opor ayam
Kentang dikupas, cuci, kemudan dikukus. Hancurkan kentang di mangkok sampai lembut, siram dengan kuah opor ayam yang daging ayamnya telah disuwir-suwir dan telah ditambahkan sayur buncis dan wortel.
- Orak arik telur, kentang & wortel
Potong kentang dan wortel bentuk dadu. Kukus sampai empuk. Sementara itu tumis bawang putih cincang dg mentega, tambahkan daun bawang masukkan telur diorak arik. Terakhir masukkan kentang&wortel yang telah dikukus. Tambahkan gula dan garam.
- Omelet nasi dan sayuran
Kocok telur ayam, masukkan nasi dan sayuran yang telah dipotong kecil-kecil (wortel, daun bawang, brokoli, buncis) tambahkan daging cincang. Goreng kecil-kecil.
- Nasi goreng tahu telor
Tumis bawang putih cincang, masukkan daun bawang iris kecil, tahu bejek, wortel potong kecil, masukkan telur yg telah dikocok. Aduk sampai ngaguruntul tambahkan nasi. Aduk sambil di tambah garam dan kecap.