Demo Site

Wednesday, April 25, 2012

Bagaimana Mengoptimalkan Kecerdasan Balita pada Masa Golden Years?

Pada masa golden years pembentukan sistem saraf secara mendasar sudah terjadi. Pada masa ini terjadi hubungan antara sel-sel sraf tersebut. Kuantitas dan kualitas sambungan ini menentukan kecerdasan balita.
Pada masa ini perkembangan otak terjadi secara keseluruhan pada keempat bagian otak, termasuk pada masing-masing belahan otak. Belahan otak inilah yang akan menyimpan kemampuan-kemampuan anak yang berbeda, yakni pada belahan otak kanan maupun kiri.
Otak kiri berhubungan dengan tangan, kaki dan tubuh sebelah kanan. Otak kiri terutama mengendalikan aktivitas yang bersifat: teratur, berurutan, rinci, sistematis, misalnya : membaca, menulis, menghitung.
Sedangkan otak kanan berhubungan dengan tangan, kaki dan tubuh sebelah kiri. Otak kanan terutama mengendalikan aktivitas yang bersifat : berfikir divergen (meluas), imajinasi, ide-ide, kreativitas, emosi, musik, spiritual., intuisi, abstrak, bebas, simultan.
Oleh karena itu, jika kita menginginkan anak dengan kecerdasan multipel latihlah kedua tangan, kaki, mata, telinga kanan dan kiri sama seringnya setiap hari, terutama sampai umur 3 tahun, agar otak kanan dan kiri berkembang optimal.
Kalau hanya melatih tangan kanan, maka fungsi otak kanan tidak berkembang optimal, sehingga anak tidak trampil berfikir divergen (meluas), rendah daya imajinasinya, kurang kreatif, kurang mampu kendalikan emosi, kurang berjiwa seni, spiritual, intuisi dan abstrak.
Anak yang kidal, latihlah ia menggunakan kedua tangan dan kakinya sama seringnya. Jangan paksakan ia menggunakan tangan kanan saja, karena otak fungsi otak kanannya akan kurang berkembang.
Adapun tahapan perkembangan kemampuan balita usia 1 hingga 3 tahun diantaranya adalah:
Usia 13-15 bulan balita sudah berminat pada gambar, mengambil mainan sendiri, berjalan sendiri, berceloteh dan mampu meniru kegiatan orang lain.
Usia 16-18 bulan balita sudah mengicapkan kata-kata yang lebih banyak, dapat menemukan maianan yang disembunyikan, dan mengerti fungsi benda.
Usia 19-24 bulan, balita sudah memehami konsep sederhana bentuk benda seperti segitiga dan persegi, menyebut nama senbdiri serta mengucapkan satu kaliam
Usia 2-3 tahun, balita biasnya sudah dapat mencocokkan bentuk,membangun dan menghbungkan balok, berpakian sendiri dan semakin memahami kata-kata orang lain.
Kemampuan ini harus dioptimalkan dengan cara stimulai. Stimulasi akan mempengaruhi pertumbuhan sinaps (proses sinaptogenesis), yang membutuhkan banyak sialic acid untuk membentuk gangliosida. Ini penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori.
Kebutuhan stimulasi bermain meliputi berbagai permainan yang merangsang semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), merangsang gerakan kasar dan halus, berkomunikasi, emosi-sosial, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini akan besar pengaruhnya pada berbagai kecerdasan anak (multipel inteligen).
Selain stimulasi, yang juga penting adalah faktor nutrisi. Dengan nutrisi yang lengkap dan seimbang sejak di dalam kandungan sampai umur 3 tahun, akan semakin banyak jumlah sel-sel otak bayi, semakin bagus kualitas percabangan sel-sel otak, dan semakin bagus fungsi hubungan sinaps antara sel-sel otak bayi dan balita.
Salah satu nutrtisi yang penting bagi perekembangan otak adalah Asam amino. Asam Amino akan membentuk struktur otak dan zat penghantar rangsang (zat neurotransmitter) pada sambungan sel syaraf.
Tyrosine dan Triyptophane merupakan asam amino penting, karena sebagai bahan baku pembuat neurotransmitter katekolamin dan serotonin yang mempengaruhi pengendalian diri, pemusatan perhatian (konsentrasi), emosi dan perilaku anak. Vitamin B6 penting untuk enzim otak. Kekurangan zat besi dan yodium akan menyebabkan rendahnya kecerdasan. Seng dibutuhkan untuk pembelahan dan kemampuan membran sel-sel otak (Adv.)

Thursday, April 19, 2012

Pentingnya Mengenal 4 Karakter Dasar Manusia (Menurut Florence Litteur's Personality Plus) Dalam Mendidik Anak


Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Sifat-sifat tersebut adalah sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris. Mengapa kita perlu memahami 4 karakter dasar manusia tersebut dalam mendidik anak? Mari kita simak..




Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu
saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.

Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.

Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.

Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya (dikutip dari ahli.wordpress.com).

Seorang anak masih mudah ditebak, tanpa perlu menggunakan tes, untuk bisa mengetahui kepribadian dasar mereka. Sebagai orangtua, kita perlu mengetahui kepribadian dasar buah hati kita. Hal ini akan sangat berguna. Manfaat tersebut antara lain:



1. Tahu bagaimana memperlakukan mereka.
Misalnya kita memiliki anak yang sanguinis, dimana ciri-ciri dasar mereka adalah suka berbicara dan sangat ekspresif. Beberapa orang tua merasa khawatir, saat mengetahui buah hatinya sangat cerewet. Jangan sampai kita membanding-bandingkan dengan orang lain, biasanya saudara kandungnya, yang cenderung pendiam, dengan mengatakan,”Kamu bisa nggak seperti kakakmu, pendiam, dan nggak suka bikin keributan.” Atau dengan banyak melarang anak yang sanguinis untuk bicara. Jangan sampai larangan-larangan kita melukai buah hati kita, dan harus menjadi “orang lain”. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan kedewasaan sang anak. Akan lebih baik bila kita mengarahkan “kekurangan” sang anak tersebut menjadi sebuah kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta demi kebaikan masa depan sang anak. Misalnya, dengan mengajarkan mereka kata-kata yang baik, mengajari mereka menasihati, menghindarkan mereka dari kata-kata yang kasar (yang bisa menyakiti orang lain), mengajari mereka untuk berbicara dengan lembut (tidak dengan membentak), sehingga nantinya saat mereka dewasa, mereka menjadi anak yang baik dalam bertutur kata dan bertindak.

2. Mengenal potensi dan bakat anak
Untuk poin yang kedua ini, saya akan mengambil karakter melankolis. Kebanyakan anak melankolis memiliki bakat-bakat di bidang seni, misalnya bermain piano, menulis, menggambar, dan masih banyak lagi. Hobi mereka cenderung sesuatu yang membutuhkan konsentrasi dan membutuhkan waktu untuk sendiri untuk mendapatkan hasil yang baik. Bila kita memiliki buah hati yang bersifat melankolis, akan lebih baik bila kita mengarahkan bakat mereka. Bila buah hati kita suka menulis, akan lebih baik bila kita mendukung mereka dan membantu mereka agar bisa mengembangkan bakat mereka. Kita bisa membelikan mereka buku-buku cerita yang mendidik, memberikan ruang belajar khusus, tidak melarang mereka melakukan hobi mereka (yang baik), dan memberikan dukungan terhadap hal-hal baik yang mereka suka. Anak melankolis cenderung suka menyendiri. Tentu saja bila kita terlalu banyakmereka menyendiri akan memberikan dampak yang tidak baik bagi masa depan mereka, misalnya mereka bisa tumbuh menjadi anak yang anti-sosial. Semua bakat mereka akan menjadi sia-sia bila mereka tidak memiliki teman (yang bisa diajak saling belajar), tidak berani tampil, males bersosialisasi, dan berbagai sifat-sifat anti-sosial lainnya. Maka kita harus mengarahkan mereka agar mereka mau bersosialisasi, misalnya dengan mengajak mereka jalan-jalan keliling kampong (agar bertemu dengan tetangga dan anak-anak lain), meminta mereka bergabung dalam organisasi sosial dan agama, mengikutkan mereka dengan bimbingan belajar yang bersifat non-privat, mendorong mereka untuk berani tampil (ikut lomba-lomba dan pentas seni), dan masih banyak lagi. Siapa tahu meski buah hati anda termasuk orang-orang melankolis yang bisa populer (karna karya-karya hebat mereka) seperti orang-orang sanguinis (yang memang mudah terkenal karena cerewet dan suka bersosialisasi).

3. Membentuk mereka agar memiliki kedewasaan yang utuh
Anak yang “bossy” (berlagak seperti bos dan suka mengatur), adalah sifat yang dimiliki oleh anak koleris. Bukan sifat yang buruk memang, semua tergantung bagaimana kita mengarahkan mereka. Akan menjadi buruk bila mereka menjadi susah diatur, dan maunya ngatur melulu tanpa pertimbangan yang matang dan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kedewasaan yang utuh yang saya maksud adalah kedewasaan dimana anak bisa menyesuaikan dengan segala lingkungan sosial dan segala pribadi manusia. Karena tidak mungkin pribadi anak bisa bertumbuh dengan baik bila dia memiliki 100 persen dari sifat dasar mereka. Semua orang yang ingin bisa diterima oleh setiap orang harus belajar untuk memiliki dan minimal memahami karakter yang lain. Itulah pentingnya bersosialisasi dan bimbingan dari orang tua. Jadi meskipun buah hati kita berkarakter koleris, tetap belajar memahami perasaan orang lain seperti anak melankolis, tetap bisa belajar tersenyum meski hati sedang gundah seperti anak sanguinis, meski suka mengatur dan cenderung ingin “berkuasa, namun tetap “cinta damai” seperti anak plegmatis.
Untuk bisa menjadi pribadi yang dewasa seperti itu, selain mengetahui kekurangan mereka, mereka juga harus belajar menghilangkan atau minimal mengontrol “kekurangan” mereka.

4. Mengendalikan kekurangan
Menghilangkan kekurangan yang ada di dalam diri kita hampir tidak mungkin, karena setiap orang pasti memiliki kekurangan. Yang paling mungkin dilakukan adalah mengendalikan kekurangan. Misalnya sifat pemarah, banyak bicara, dan terlalu pendiam. Kita bisa mengendalikannya dengan marah yang masih memakai akal sehat, banyak bicara yang kata-katanya bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri serta orang lain, dan pendiam yang bisa memberikan suasana damai kala terjadi pertengkaran. Bagaimana pun caranya, kita harus mengajak buah hati kita pentingnya bersosialisasi dan membimbing mereka. Cara terbaik untuk bisa mengendalikan kekurangan seseorang adalah dengan belajar menerima kekurangan setiap orang. Cara terbaik bisa menerima kekurangan setiap orang adalah dengan belajar memahami setiap orang. Dan cara terbaik untuk bisa memahami setiap orang adalah dengan cara bersosialisasi. Tentu saja buah hati kita masih sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan kita untuk bisa memiliki kedewasaan yang utuh.


Semoga artikel ini bermanfaat buat buah hati anda agar kita tidak “salah didik”. Karena hal kesalahan dalam mendidik anak bisa membunuh karakter anak dan potensi mereka.

Monday, April 16, 2012

Immunodilator dan Daya Tahan Tubuh Balita



Flu dan batuk tak kunjung sembuh?! Selain menjalani pola hidup sehat: makan, istirahat dan olahraga yang teratur serta cukup, immunodilator mendukung meningkatnya daya tahan tubuh. Namun hati-hati, konsumsinya tidak untuk jangka panjang!
Diam-diam Nisa menyimpan kecemasan yang besar. Bagaimana tidak. Setiap hari ibu muda ini selalu mendengar orang bicara soal kuman penyakit yang mengancam manusia, soal virus yang semakin merajalela, lalu zat berbahaya yang tersembunyi di balik aneka bahan makanan bahkan wadah makanan, dan… ah, Nisa jadi panik sendiri. Lebih-lebih mengingat putera semata wayangnya, bagaimana ia harus melindungi buah hatinya dari semua ancaman itu?

Kecemasan Nisa bukan tak beralasan. Kenyataannya, udara dan lingkungan kita memang jauh dari bersih, dan ini merupakan ‘surga’ bagi berkembangnya kuman penyakit. Bayangkan, hampir tak ada benda atau bahan makanan di sekeliling kita yang tak tercemar kuman. Bahkan, udara yang kita hirup pun mengandung kuman.

Yang jadi masalah, bukan hanya soal biaya berobat yang makin mahal, tapi kondisi sakit itu sendiri 'kan bukan hal yang menyenangkan. Begitu jatuh sakit, terganggulah semua aktivitas. Apalagi, anak yang sering sakit, pasti akan terganggu proses tumbuh kembangnya. Jadi, bagaimana sebaiknya?

Ada barikade pertahanan. Sebenarnya, Nisa tak perlu panik. Ya, karena pada dasarnya, tubuh kita punya kemampuan menangkal serangan aneka kuman. Dalam tubuh setiap orang terdapat barisan pertahanan atau sistem imun, yang tugasnya membentengi setiap ancaman dari ‘luar’. Tapi, bagaimana sistem pertahanan ini bekerja?

Jangan pandang enteng kulit tubuh kita, karena ternyata merupakan rintangan alami yang tangguh terhadap masuknya zat asing yang bisa merusak atau menginfeksi tubuh. Permukaan kulit yang utuh dan sehat hampir tak tertembus kuman. Apalagi, cairan keringat yang menempel di permukaan kulit juga mengandung antiseptik.

Selain kulit, barikade lainnya ada pada selaput lendir, cairan pencernaan (enzim dan asam lambung), urin, serta gerak usus dan rambut getar selaput lendir. Juga ada pertahanan lainnya, yaitu sel darah putih dan jaringan tubuh.

Pada sel darah putih dan jaringan tubuh terdapat sel khusus yang disebut fagosit dan makrofag yang fungsinya menangkap dan menghancurkan jasad renik, termasuk kuman penyakit yang masuk dalam tubuh. Zat anti kuman ini bisa terbentuk akibat reaksi dari masuknya kuman dalam tubuh. Zat anti yang juga disebut antibodi ini akan bereaksi dengan bagian kuman yang masuk (disebut antigen). Reaksi ini akan menyebabkan kuman lemah atau mati. Namun, pembentukannya perlu waktu. Makanya, kalau tubuh kemasukan kuman, akan timbul gejala sakit dulu. Baru setelah antibodi terbentuk dan ‘mengenali’ si kuman atau antigen, tindakan perlawanan pun dilakukan dan tubuh tak jadi sakit.

Antibodi dalam tubuh anak juga bisa terbentuk dari reaksi imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin yang berasal dari kuman yang sudah tidak membahayakan lagi bagi tubuh.

Jika sistem imun turun. Sayangnya, barisan penangkal atau sistem imun ini bisa menurun fungsinya. Ini terjadi bila ada gangguan pada sistem kerjanya, sehingga antigen atau kuman pun berhasil menerobos masuk, dan akhirnya balita jatuh sakit.

Anak yang kondisi gizinya tidak bagus, entah karena kekurangan gizi akibat anak sulit makan, atau gizi tak seimbang akibat kebiasaan makan yang salah, umumnya tidak memiliki barisan pertahanan tubuh yang kuat. Tidak heran, karena dalam keadaan gizi seperti ini, mana bisa jaringan tubuh membentuk zat anti dalam jumlah yang cukup. Selain itu, sel fagosit dan makrofag pada anak yang gizinya tidak baik akan kehilangan daya gerak dan kegesitannya dalam menerkam dan membunuh kuman yang masuk.

Anak dengan pola hidup yang tidak tepat, misalnya kurang istirahat atau malah kurang bergerak sehingga peredaran darahnya tidak lancar, juga tidak bisa membentuk sistem imun yang kuat. Tubuh mereka rentan dan cenderung mudah terserang infeksi. Begitu juga dengan anak yang selalu memendam stres, kurang perhatian, dan tidak bahagia, sistem imunnya juga jadi ‘loyo’.

Seperti Nisa, Anda pun tentu tak suka kalau balita bolak-balik sakit. Tetapi, daripada terus-menerus memendam cemas lalu menyalahkan lingkungan sebagai biang keladinya, mengapa tidak kita bentuk saja pertahanan yang kuat dalam tubuh anak? Ini jauh lebih penting, dan lebih mudah dilakukan.

Caranya? Apalagi kalau bukan menjalankan pola hidup sehat (lihat boks: Bangun Benteng Pertahanan Tubuh). Meningkatkan daya tahan tubuh balita artinya mendorong agar sistem pertahanan tubuhnya bekerja optimal. Sebab, kalau fungsi alami tubuh bekerja dengan baik, ia pun akan tanggap dalam menghalau kuman penyakit yang masuk dalam tubuh. Sebaliknya, bila fungsi alami tubuh tidak bekerja sempurna atau lemah, maka kuman pun merajalela.

Bantu dengan imunomodulator. Membentuk sistem imun dalam tubuh anak juga bisa dibantu dengan imunomodulator. Apa itu? Imunomodulator adalah zat yang dapat membantu mengatur sistem pertahanan tubuh, termasuk menguatkannya.

Ternyata, zat yang bersifat pendongkrak sistem pertahanan tubuh ini, banyak ditemukan dalam tanaman-tanaman di Indonesia. Mengingat Indonesia memang amat kaya akan tanaman berkhasiat obat, tak heran jika kini dikembangkan produk imunomodulator yang berasal dari tanaman-tanaman tertentu, yang sudah terbukti mempunyai efek meningkatkan pertahanan tubuh. Dalam dunia kesehatan, produk ini disebut fitofarmaka, yaitu obat yang berasal dari bahan alam, terutama ekstrak tumbuhan, yang sudah dibuktikan khasiat dan keamanannya, serta sudah dibakukan atau standardisasi terhadap bahan yang digunakan.

Salah satu contohnya adalah ekstrak tanaman Phyllanthus niruri L (meniran) yang terbukti berkhasiat menjaga dan menguatkan sistem imun anak sehingga sistem kekebalan tubuhnya dapat bekerja optimal. Selain membuat tubuh balital tidak mudah sakit, meniran juga membantu mempercepat masa penyembuhan.

Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apalagi yang kebetulan tubuhnya tidak memiliki sistem pertahanan yang prima, atau sedang dalam masa penyembuhan dan harus mengkonsumsi antibiotika, bisa menggunakan bantuan imunomodulator semacam ini. Dengan demikian, proses tumbuh kembang balita pun akan berjalan lancar.

Saat ini produk imunomodulator sudah dibuat dalam bentuk siap minum. Karena berasal dari bahan alami, selain harganya relatif murah, penggunaannya pun hampir tidak ada efek samping. Tentu saja tetap harus diingat, takaran atau dosis sesuai anjuran dan bukan untuk konsumsi dalam jangka panjang. Sebaiknya konsultasikan penggunaannya kepada dokter sebelum mengonsumsi.

sumber : ayahbunda.co.id

Sunday, April 15, 2012

5 Cara Mengatasi Anak yang Terlanjur Manja


5 Cara Mengatasi Anak yang Terlanjur Manja

Saat mulai memandirikan anak, hindari marah bila anak “lama” melakukan sesuatu. Ingat, segala sesuatu butuh proses.

Pola asuh orangtua di rumah menentukan kemandirian anak. Anak usia 2-3 tahun sebenarnya sudah bisa dilatih mandiri. Namun tak sedikit balita yang terbiasa melakukan sesuatu dengan bantuan atau “intervensi” pengasuh dan orangtua. Anak selalu dilayani kebutuhannya. Kalau sudah begini, jangan heran jika anak sulit mandiri karena terlanjur serba dilayani.

Tapi tenang saja, Anda masih bisa mengubah pola yang sudah terbentuk itu. Berikut cara mengubahnya, seperti disarankan oleh Alzena Masykouri, MPsi, dari KANCIL, Jakarta.

1 Kompak

Ajak bicara anak dan orang-orang di lingkungan sekitar, yaitu kakek, nenek, dan pengasuhnya. Tujuannya agar terjadi persamaan perlakuan terhadap anak sehingga apa yang menjadi target tercapai.

Semua harus di bawah satu komando, yaitu orangtua, bagaimana metode yang akan ditempuh dalam memandirikan anak.

2 Bersabar

Selanjutnya, mulai terapkan program memandirikan anak. Hindari marah bila anak “lama” melakukan sesuatu. Ingat, segala sesuatu butuh proses.

3 Komunikasi

Sampaikan apa yang menjadi harapan orangtua. Katakan saja, misalnya “Kakak sudah besar. Jadi, mulai sekarang Kakak bisa mandi sendiri, ya.”

Berikan arahan dengan nada datar dan pendek, juga tidak cepat karena rentang perhatian anak yang masih singkat. Seperti, “Ya, sekarang buka sepatunya, lalu kaus kakinya, ya. Simpan di rak sepatu.” Bisa juga dengan kalimat, “Ayo siapa yang paling cepat memakai sepatu, Ayah atau Kakak?”

4 Konsisten

Bila anak bosan, merasa tidak mampu, merasa dipaksa, maka akan gagal program Anda untuk melatih anak mandiri. Katakan kepadanya, “Semua ini kebutuhan kamu. Kalau kamu tidak mau makan sendiri, nanti merasa lapar.” Jadi, tetap berikan dukungan, bukan bantuan.

5 Apresiasi

Ketika anak berhasil mencapai suatu target kemandirian, berikan reward yang membuat anak merasa bangga dengan dirinya. Anak akan merasa percaya diri dan meyakini bahwa ia mampu melakukan sendiri.

Penting diingat, meminta anak melakukan sesuatu bukan berarti Anda tak sayang atau tak mau memerhatikan anak. Orang lain mungkin saja menilai Anda sebagai “Ratu atau Raja Tega”, biarkan saja. Toh, Anda melakukannya tanpa kekerasan, ancaman, atau hukuman. Prinsipnya, Anda ingin mengubah paradigma selalu dibantu dan diladeni ini. Yang juga perlu diingat, persaingan di era masa depan sangat ketat. Kalau anak tak mandiri sejak dini, ia tak siap menghadapinya.

(Tabloid Nakita/Hilman Hilmansyah)

Sumber: KOMPAS.com

Wednesday, April 11, 2012

Anak Sakit, Jangan Panik (2)

Anak Sakit, Jangan Panik (2)

Foto: Getty Images

Pertolongan Pertama

Berikut beberapa obat P3K wajib dan cara pertolongan pertama yang bisa dilakukan orangtua di rumah.
1. Mengistirahatkan anak.
2. Memberi makanan yang berigizi.
3. Memberi cairan/minuman yang mencukupi terutama pada anak yang demam.
4. Untuk anak yang panas, Anda bisa memberikannya obat panas sesuai dosis. Misalnya parasetamol dan ibuprofen. Atau Anda bisa mengompresnya dengan air hangat.
5. Pada anak yang muntah, berikanlah mereka cairan/minuman (oralit) dengan porsi yang sedikit tapi sering, terlebih di satu jam pertama. Setelah itu, tingkatkan dosis minumannya perlahan-lahan.

Perhatikan Logo Obat
Simbol bulatan berwarna dalam setiap obat memiliki arti tertentu agar konsumen tidak sembarangan atau berhati-hati saat mengonsumsi obat.

Hijau

Bulat, berwarna hijau, dengan lingkaran hitam di luarnya adalah logo untuk obat bebas. Artinya, obat dapat dibeli tanpa resep dokter.

Biru

Bulat dan berwarna biru dengan lingkaran hitam di luarnya berarti obat bebas terbatas. Obat bebas masuk dalam bagian obat keras dimana setiap takaran yang digunakan diberi batas.

Merah

Bulat, berwarna merah dengan lingkaran hitam di luarnya, dan huruf K di dalamnya merupakan logo untuk obat keras. Obat keras hanya boleh dikonsumsi menurut anjuran dan sesuai dengan resep dokter. Selain obat, simbol ini juga terdapat pada kemasan suntikan yang terbungkus dan digunakan secara parenteral. Jadi, jika Anda ingin mengonsumsinya tanpa resep dokter, lebih baik pikirkan kembali.

Nah, sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, semua obat harus mencantumkan tanda peringatan (logo) ini, serta etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kedaluwarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi. Jadi, jika Anda menemukan obat tanpa disertai logo di atas, sebaiknya Anda jangan meminumnya.

Anak Sakit, Jangan Panik (1)

Anak Sakit, Jangan Panik (1)

Foto: Getty Images

Saat buah hati sakit, orangtua sebenarnya masih bisa memberikan pertolongan pertama sebelum membawanya ke dokter.

Tak sedikit orangtua yang kebingungan mengatasi anak yang sakit. Bisa saja orangtua tidak begitu memahami penanganannya atau faktor lain seperti kemacetan lalu lintas yang menghambat perjalanan menuju ke dokter atau bisa saja pada waktu tersebut anak belum bisa dibawa ke dokter. Di tengah kepanikan, orangtua akhirnya terpaksa memberikan obat yang dibeli di warung atau mencari tahumetode pengobatan lewat internet. Padahal, diagnosis ahli kesehatan sangat diperlukan untuk menentukan obat yang pas.

Nah, agar kejadian di atas tidak sampai terjadi pada Anda, dr. Prisca Tallulembang, SpA., dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk menjelaskan 8 jenis penyakit yang sering dialami anak-anak beserta penyebab dan cara mengatasinya.

Faringitis

Umumnya radang tenggorokan atau faringitis disebabkan oleh virus. Di samping itu, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh bakteri, mikoplasma, dan klamida. Pada buku “123 Penyakit dan Gangguan pada Anak”, gejala radang tenggorokan biasanya ditandai nyeri di tenggorokan, demam, sakit kepala, pembesaran kelenjar di leher, pilek, dan bersin-bersin. Kalau kondisinya memang sudah begini, baiknya orangtua segera memeriksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dikarenakan bakteri atau virus.

Jika penyebabnya bakteri, dokter hanya akan memberikannya antibiotik yang sesuai dengan bakterinya. Atau jika dikarenakan virus, diperlukan obat analgesik (penahan rasa sakit). Biasanya, anak diharuskan beristirahat dengan cukup, banyak minum air putih, dan vitamin.

Tonsilitis

Tonsilitis atau amandel (radang tonsil) merupakan bagian dari sistem kelenjar getah bening. Pembengkakan pada tonsil ini disebabkan oleh virus dan bakteri. Gejalanya, anak merasa nyeri saat menelan sehingga ia menolak makan dan minum. Akibatnya, badannya lemas, suara serak, susah tidur, serta ada pembesaran kelenjar di leher dan dagunya.

Untuk mengatasinya, pertama-tama, berikanlah anak sirup parasetamol untuk menurunkan demamnya. Usahakan anak sering minum dan banyak istirahat. Jika sakit ini tidak berkurang setelah tiga hari dan demamnya malah semakin tinggi, segera periksakan anak ke dokter.

Rhinitis

Nama lainnya adalah common cold dan selesma. Penyakit yang juga mengganggu saluran pernapasan ini, umumnya disebabkan oleh virus. Faktor pemicunya biasanya kontak dengan alergen, seperti debu, tungau debu rumah, serbuk sari bunga, dan bulu binatang. Makanan seperti kacang, seafood , susu sapi, telur, dan ikan juga bisa menyebabkan selesma.

Anak-anak yang terkena rhinitis akan merasakan gatal, bengkak, dan berair pada mata dan hidungnya. Tenggorokan dan telinganya juga terasa nyeri, sulit menelan, serak, dan batuknya hilang timbul. Ada baiknya Anda rutin menjaga lingkungan rumah, khususnya tempat-tempat yang biasa didatangi anak agar bebas debu dan kotoran. Jangan lupa bawa anak ke dokter untuk perawatan yang lebih lanjut.

Vomitus

Vomitus atau yang sering disebut muntah pada anak biasanya disebabkan karena gangguan pada usus dan lambung yang dikarenakan infeksi, iritasi makanan, dan trauma, gangguan saraf pusat (otak) yang disebabkan trauma dan infeksi, atau makan makanan secara berlebihan.

Ketika anak muntah, jangan berikan mereka minuman kaleng, jus buah yang terlalu manis, dan makanan yang mengandung lemak. Untuk menghentikan muntahnya, berikan antibiotik yang bisa dibeli di apotek. Namun jika muntahannya sudah tidak wajar (cirinya berwarna kehijauan) dan disertai demam tinggi, sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit.

Diare

Diare merupakan penyakit paling umum pada balita. Penyebab penyakit ini ada beberapa hal yaitu virus, bakteri, dan parasit. Namun penyakit ini juga bisa juga disebabkan gangguan absorbsi (penyerapan).

Diare bisa sangat berbahaya jika anak mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) dan gangguan keseimbangan elektrolit. Sebagai pertolongan pertama, selama diare berikan cairan yang lebih banyak, makan yang teratur, dan istrirahat yang cukup. Anda boleh memberikannya obat antidiare (oralit, misalnya), tapi jangan antibiotik karena itu hanya akan memperparah diarenya.

Meteorismus

Dikenal dengan nama perut kembung dan disebabkan bakteri yang tumbuh lampau, intoleransi laktosa, dan gangguan fungsi saluran cerna (mag). Cara mengatasi kembung di rumah adalah dengan memosisikan anak setengah duduk dan menepuk ringan punggungnya agar ia mudah bersendawa. Lalu berikan anak minyak telon atau minyak kayu putih di bagian perut sambil dipijat lembut. Jika kembungnya sampai membuat sesak, muntah, atau BAB, segera bawa anak ke dokter.

Ruam

Ruam pada kulit biasanya muncul karena disebabkan oleh virus, seperti virus campak, campak Jerman (rubella ), roseola infantum , cacar air (varicella ), dan penyakit kaki tangan dan mulut (HMFD). Akan tetapi jika ruam muncul pada pipi (dermatitis atopik) lebih sering berhubungan dengan alergi makanan atau susu sapi. Selain makanan, faktor pemicu dermatitis atopik biasanya dikarenakan alergi pada sabun, bahan wol, detergen, perubahan iklim yang ekstrim, debu dan kutu, serta bulu binatang.

Tandanya kulit anak berubah menjadi kering, gatal, dan kemerahan terutama di daerah wajah, lengan atau badan. Usahakan jangan sampai anak menggaruk ruam ini, karena akan membuat kulit meradang dan luka.

Cara mengatasinya adalah sering meng­ganti seprai tempat tidur anak, cuci mainan anak sesering mung­kin, dan menjauhkan anak dari binatang peliharaan. Selain itu, berikan lotion pelembap kulit khusus bayi, mengompres dan memandikan anak dengan air hangat untuk mengurangi rasa gatalnya, dan memberikan krim hidrokortison 1% yang bisa dibeli di apotek (sebaiknya dikonsultasikan ke dokter).

Kolik Infantile

Penyebab penyakit ini belum diketahui. Ada dugaan, berhubungan dengan gangguan motilitas pencernaan atau gangguan interaksi antara ibu dan bayi sehingga mengganggu kenyamanan bayi.

Dilansir dari situs RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, kolik biasanya ditandai dengan bayi berusia kurang dari 4 bulan yang menangis terus-menerus tiada henti (biasanya 3 jam) tanpa sebab medis. Dalam seminggu kolik bisa berlangsung 3 hari dalam seminggu dan “serangan” itu seringkali datang di sore atau malam hari. Biasanya ini dikaitkan dengan faktor emosional ibu (pemarah, emosi, tak sabar, pemalas, dan tidak keibuan) yang kemudian memengaruhi psikologis bayinya.

Saran bagi para ibu yang anaknya mengalami kolik infantile , sebaiknya sesegera mungkin mengkonsultasikan masalah ini ke dokter anak agar dokter dapat mengevalusi secara klinis masalah emosional ibu dan anaknya.

Ester Sondang / bersambung

sumber: Buku "123 Penyakit dan Gangguan pada Anak"; Dr dr Hanifah Oswari, Sp.A(K) dan dr Rudianto Sofwan; BIP Kelompok Gramedia; 2009.

Tuesday, April 10, 2012

5 Langkah Mengatasi Anak Pemalu


KOMPAS.com — Orangtua kerap merasa kebingungan untuk mengatasi anak mereka yang punya sifat pemalu. Jika selalu membantu sang anak untuk mengatasi rasa takut dan malu saat bertemu orang baru, Anda pasti khawatir akan perkembangan kehidupan sosialnya di masa depan. Selain itu, anak-anak juga akan selalu tergantung pada orangtuanya. Anak-anak pemalu cenderung membatasi pengalaman mereka, tidak mengambil risiko sosial yang diperlukan, dan hasilnya mereka tidak akan memperoleh kepercayaan diri dalam berbagai situasi sosial.

Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua agar anak-anak merasa lebih nyaman dalam kelompok, yakni mempraktikkan keterampilan kompetensi sosial dan membuatnya tak menjadi anak pemalu.

1. Gunakan kontak mata. Saat bicara dengan anak, biasakan untuk selalu menggunakan kontak mata langsung. Secara tak sadar, hal ini akan memperkuat rasa percaya diri anak. Adanya kontak mata saat menghadapi lawan bicara akan menimbulkan kepercayaan diri bagi seseorang. Namun, jika anak tak nyaman saat melakukan kontak mata, ajarkan dia untuk bicara sambil menatap hidung lawan bicaranya. Dengan beberapa kali latihan seperti ini, lama-kelamaan rasa percaya dirinya akan meningkat dan teknik ini tak lagi dibutuhkan.

2. Ajarkan percakapan pembuka dan penutup.
Buatlah sebuah daftar kalimat untuk membuka dan menutup percakapan untuk berbagai kelompok seperti, orang yang belum pernah ditemui, orang yang sudah dikenal, seorang teman baru, dan lainnya. Kemudian latihlah mereka untuk berbicara saling berhadapan dengan berbagai tipe lawan bicara yang mungkin ditemuinya. Melatih kemampuan dan keberanian secara langsung dengan lawan bicara akan jauh lebih berhasil untuk mengurangi rasa malu anak dibandingkan dengan pembicaraan di telepon.

3. Melatih dalam berbagai situasi sosial.
Jika kebetulan Anda menghadiri acara yang tidak terlalu formal dan diperbolehkan membawa anak, ajaklah dia dalam acara tersebut sekaligus melatihnya untuk menghilangkan rasa canggung dan malu. Siapkan anak untuk menghadapi acara tersebut dengan menjelaskan situasi yang kemungkinan akan terjadi, begitu juga mengenai orang yang akan mereka temui, sampai apa yang Anda harapkan dari si kecil. Hal ini bertujuan untuk membuatnya nyaman dan lebih mengenal situasi acara karena anak-anak akan lebih nyaman dan lebih berani ketika mereka sudah mengenal sebuah tempat dan acaranya terlebih dahulu. Kemudian bantu ia untuk berlatih saat bertemu orang baru, mengenal table manner, keterampilan percakapan, sampai mengucapkan selamat tinggal.

4. Berlatih dengan anak yang lebih muda. Philip Zimbardo, psikolog yang kerap menangani masalah menghadapi rasa malu, merekomendasikan sebuah cara untuk mengatasi rasa malu pada anak-anak. Caranya dengan mengelompokkan anak pemalu dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Secara tidak langsung mereka akan memulai percakapan dan secara naluri akan membuat mereka lebih percaya diri karena dia merasa lebih dewasa dan bisa melindungi adik-adiknya.

5. Gunakan metode "one on one". Dr Fred Frankel, psikolog dari UCLA Social Skills Training Program, menyarankan, untuk mengatasi rasa malu pada anak, gunakan metode one on one sebagai cara untuk membangun kepercayaan sosial. Ini adalah suatu metode Anda mengundang seorang anak lain untuk bermain bersama anak Anda selama beberapa jam. Hal tersebut bertujuan agar mereka mengenal satu sama lain, dan melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berteman.

Monday, April 9, 2012

Mengatasi Anak Susah Makan


Tips : Mengatasi Anak Susah Makan

Berkaca dari pengalaman pribadi ketika anak saya susah makan di waktu umurnya 1th. Berbagai referensi buku dibaca, tanya dokter, orang tua, tetangga , teman-teman, browsing di internet cari tips praktis mengatasi anak susah makan. Akhirnya juga resepnya kita yang ramu sendiri sesuai kebutuhan anak.

  1. VARIATIF

Kebetulan waktu anak saya sama sekali gak mau makan nasi, sukanya mie goreng. Maka untuk menjaga keseimbangan asupan gizinya, saya siasati dengan memvariasikan jenis karbohidrat (nasi, gandum, mie, pasta, havermut, kentang, ubi, dll) tanpa mengabaikan makanan kesukaan anak. Boleh makan mie goreng tapi tidak setiap saat, kalo toh mie goreng itu juga bukan instant dan ditambah sawi, kol, wortel, buncis, ayam suwir, baso, sosis, daun bawang, tomat. Pokoknya komplit karbohidrat, protein dan vitamin.

  1. DO NOT FORCE

Selain itu juga yang perlu diingat adalah ketika anak tidak mau makan, jangan dipaksa. JANGAN PERNAH DIPAKSA!! Bukankah kita ingin menciptakan suasana makan itu menyenangkan agar anak berselera makan, jangan sampai ketika tiba waktu makan anak malah horror alias takut makan yang bisa terbawa sampai dia besar nanti.

  1. NICE SERVING

Ada juga yang menyarankan untuk membuat penyajian makanan secara menarik, baik dari tempatnya juga makanan itu sendiri, Dibentuk senyum, gambar hewan kesukaan, gelas dan pring/mangkoknya ceria dan berwarna.

  1. MAKE IT FUN

Ciptakan suasana makan yang nyaman, asyik, dan berselera. Minimal dengan cara makan bersama keluarga. Sehingga anak dapat melihat secara langsung bagaimana anggota keluarga lain lahap makan. Ketika anak belum mau makan, berikan alternative makanan/camilan yang lain.

Berikut resep makanan kesukaan anak saya ketika berumur 1 th :

  1. Kentang rebus siram opor ayam

Kentang dikupas, cuci, kemudan dikukus. Hancurkan kentang di mangkok sampai lembut, siram dengan kuah opor ayam yang daging ayamnya telah disuwir-suwir dan telah ditambahkan sayur buncis dan wortel.

  1. Orak arik telur, kentang & wortel

Potong kentang dan wortel bentuk dadu. Kukus sampai empuk. Sementara itu tumis bawang putih cincang dg mentega, tambahkan daun bawang masukkan telur diorak arik. Terakhir masukkan kentang&wortel yang telah dikukus. Tambahkan gula dan garam.

  1. Omelet nasi dan sayuran

Kocok telur ayam, masukkan nasi dan sayuran yang telah dipotong kecil-kecil (wortel, daun bawang, brokoli, buncis) tambahkan daging cincang. Goreng kecil-kecil.

  1. Nasi goreng tahu telor

Tumis bawang putih cincang, masukkan daun bawang iris kecil, tahu bejek, wortel potong kecil, masukkan telur yg telah dikocok. Aduk sampai ngaguruntul tambahkan nasi. Aduk sambil di tambah garam dan kecap.

Sunday, April 8, 2012

Mengatasi Anak Nakal


Senang rasanya melihat si kecil aktif, bergerak ke sana-kemari seakan tak ada letihnya. Namun, perlu juga diwaspadai, apakah si kecil hiperaktif? Untuk itu deteksi sejak dini agar bisa ditangani sejak dini. Kalau tidak, si hiperaktif akan sulit dikendalikan. "Hiperaktif dan gangguan perhatian bukan suatu gangguan yang dapat "disembuhkan sepenuhnya," ujar dra. Shinto B. Adelar, M.Sc, psikolog anak. Anak-anak hiperaktif bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang berhasil, tapi ada pula yang sebaliknya hal ini terjadi karena tak ditangani sejak dini. Berdasarkan penelitian ternyata ada hubungan antara anak-anak hiperaktif dengan mereka mereka yang pernah menghuni lembaga pemasyarakatan. Kebanyakan yang tinggal di kawasan itu, masa kecilnya mengalami hiperaktif. Mereka memiliki kenangan yang menyakitkan ketika di sekolah. Ini akibat mereka tak ditangani sejak dini, mereka tumbuh dan berperilaku merugikan dirinya maupun orang lain. Karena gangguan ini tak mampu disembuhkan. Orang tua dan pendidik harus berusaha kuat membantu mereka dan perlu dibantu sejak dini sehingga mereka bisa belajar mengatur hidup, mengatasi frustasi dan kelemahan-kelemahannya. Bimbinglah si hiperaktif ini menemukan keunggulan atau kekuatan sehingga mereka terlatih menghargai diri pribadi yang memiliki keunikan yaitu kelebihan dan kekurangan. Jika tidak diberikan bantuan, anak akan berulangkali terperangkap pada lingkaran kegagalan, frustasi, rendah diri dan akan membuat dirinya selalu bermasalah. Penyebab Hiperaktif
1.. Faktor Genetik
a.. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY.
b.. Kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
c.. Faktor Lingkungan Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam (banyak
terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar).
d.. Faktor Kultural dan Psikososial Si anak hiperaktif dan impulsif lebih banyak pada keluarga tanpa ayah.
e.. Faktor Neurologik Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi otak. Adanya brain
damage akibat kesulitan pranatal atau perinatal, penyakit berat, cidera otak.
Cara Menangani Gangguan Perhatian & Hiperaktif
a.. Ke dokter agar diberi obat tertentu untuk mengurangi hiperaktivitas.
b.. Pendisiplinan tingkah laku di rumah dan sekolah.
c.. Anak diikutsertakan kegiatan fisik terutama yang bersifat kompetetif seperti berenang, olahraga bela diri, aerobiks, sepatu roda dan
lain-lain.
d.. Ketrampilan bergaul, ketrampilan menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e.. Orang tua dan anggota keluarga harus memahami gangguan yang terjadi pada di hiperaktif sehingga bisa sama-sama menerima dan
melatihnya.
Membantu Si Hiperaktif Belajar
1.. Orang tua dan anggota keluarga memiliki kesabaran pada si anak. Tindakan yang menyebalkan yang ia lakukan bukan karena
disengaja.
2.. Menyediakan banyak waktu, sabar, tekun, konsisten, suportif, karena si kecil butuh perhatian khusus.
3.. Anak gangguan perhatian ini butuh bimbingan komunikasi, instruksi, respon dari orang tua.
4.. Jangan bernafsu mengajarkan anak. Berikan dia perintah sedikit saja. Yang terpenting perhatiannya tidak lepas.
5.. Jika si kecil sering mengalami kegagalan sehingga ia merasa rendah, hati-hatilah, jangan sampai orang tua mengolok-ngolokwalaupun
maksud Anda bercanda.
Membantu Memusatkan Perhatian Anak
1.. Tunjukkan sikap antusias pada Anak ketika menjelaskan atau mengajarkan sesuatu.
2.. Variasikan nada dan volume suara saat mengajar. Sebelum mengajar agar ia memperhatikan Anda, bersuaralah keras.
3.. Gunakan alat bantu untuk mempermudah menarik perhatiannya, seperti gambar.
4.. Biarkan anak membaca dengan bantuan jari atau alat lain untuk menunjuk bacaan yang dibacanya sehingga perhatiannya lebih
terarah.
5.. Kreatiflah menemukan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
6.. Berikan penjelasan dengan singkat dan jelas.
7.. Ajak anak belajar mengisi atau melengkapi kalimat yang belum selesai.
8.. Ajukan pertanyaan sehingga anak berpikir dan bertanya.
9.. Latihlah diskusi kelompok.
10.. Berikan pertanyaan mudah sehingga, mereka bisa menjawab dan tak lagi merasa bodoh, untuk memberinya pengalaman positif. 11.. Berikan pertanyaah yang bisa dijawab anak bersama-sama sehingga mereka bisa menjawab bersamaan.
Agar Anak Tetap Tenang
1.. Tempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran.
2.. Tataplah anak saat berkomunikasi.
3.. Singkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
4.. Gunakan kode tertentu yang disepakati anak untuk mempermudah ia berkosentrasi seperti mengetuk dagu yang artinya lihat sini,
perhatikan baik-baik.
5.. Sesekali gunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak.
6.. Beri pujian bila anak tenang.
7.. Pilih tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8.. Ingatkan anak agar melakukan kegiatan secara teratur saat waktu tertentu (bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main
dll).
9.. Latih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.
Sibukan Dia dengan Belajar Menulis
1.. Gunakan kertas bergaris, ajari anak untuk menulis kalimat dengan jarak satu baris.
2.. Atur huruf tidak terlalu berdekatan, ajari anak untuk menggunakan ujung jari kelingkingnya untuk mengukur jarak antar huruf.
3.. Gunakan kertas tebal agar tidak mudah robek, bila anak sering menghapus. Jika mudah robek ia akan cepat frustasi.
4.. Ajari agar kertas tak bergerak dengan cara menahannya dengan tangan lain. 5.. Nyalakan musik lembut dengan volume sayup-sayup, supaya ia lebih tenang. 6.. Beri tugas sesuai dengan tingkat perhatiannya.Sedikit demi sedikit beri tambahan pelajaran. Jangan ajarkan kata-kata mutiara. Anak Gemar Berbohong Berbohong sering dilakukan anak untuk menutupi sesuatu. Orang tua perlu waspada bila anak mulai gemar berbohong, terlebih bila dia semakin sulit membedakan antara kejujuran dan kebohongan. Dia menganggap bahwa berbohong adalah sebagian kenyataan yang harus diterima orang lain. Kenapa Berbohong? 1.. Menutupi aktivitas yang belum dilakukan. Misal, anak belum mengerjakan PR sementara orang tua mengharapkan anak sudah selesai membuatnya. Meski pada akhirnya orang tua tahu juga, sebelumnya anak akan melindungi diri dari kemarahan Anda dengan berbohong. 2.. Menonjolkan harapan. Anak yang berharap ibunya bisa membuat kue enak, meski ibunya tidak begitu ahli, ia akan berbohong pada teman-temannya kalau ibunya pintar memasak. 3.. Memutar-balikkan kebenaran dan fakta. Untuk melindungi diri, anak akan berbohong dan akan menuduh orang lain yang melakukannya. 4.. Menginginkan sesuatu yang belum tercapai. Sebagai contoh, keinginan berlibur ke suatu tempat, sementara anak tahu kalau orang tuanya tidak mampu atau belum memenuhinya. Dia akan berbohong pada orang lain pernah ke tempat tersebut. 5.. Berlindung, akibat kesalahannya. Anak akan menghindari kemarahan orang tua dengan berbohong. Misal, anak yang memecahkan benda kesayangan ibunya. Dia akan berbohong dan mengatakan tidak tahu karena takut dimarahi. 6.. Ingin diperhatikan. Berbagai upaya akan dilakukan anak untuk menarik perhatian orangtuanya, walau dengan berbohong. 7.. Konfabulasi yaitu bercerita yang sebagian ceritanya adalah kebohongan. Tujuannya untuk melebih-lebihkan cerita agar orang lain berminat mendengarkan. 8.. Sulit membedakan antara kenyataan dan fantasi. Begitu seringnya anak berfantasi, maka akan semakin banyak pula keinginan anak pada berbagai hal. Kondisi ini kerap kali dijadikan bahan cerita sehari-harinya. 9.. Menginginkan sesuatu. Berbohong dilakukan anak agar ia memperoleh keinginannya dengan mudah. 10.. Menutupi kenyataan yang sebenarnya. Misal, anak yang terluka karena dipukul temannya sementara ia mengaku luka tersebut akibat jatuh. 11.. Menolak penilaian orang tua. Penolakan ini karena anak tidak senang dinilai suka berbohong. Semakin sering orang tua mengatakan anaknya berbohong, anak justru akan semakin sering berbohong. 12.. Mengangkat harga diri. Dengan cerita-cerita bohong anak merasa harga dirinya terangkat. Ia akan menikmati karena mendapat sanjungan dan pujian dari orang lain. 13.. Diperlihatkan contoh-contoh yang salah. Sesungguhnya anak tahu bahwa pernyataan atau kejadian itu salah. Karenanya ia akan memberikan pembenaran dengan berkata bohong. Yang Harus Anda Lakukan Bila Anda mengetahui anak Anda berbohong segera lakukan tindakan. Jangan sampai sifat ini menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan, yaitu dengan cara: a.. Tidak selalu memojokkan dan membuat anak merasa 'kecil'. b.. Memberi kepercayaan dengan sepenuh hati c.. Berdiskusi sesering mungkin d.. Memberi pengertian kalau berbohong adalah tindakan tidak terpuji e.. Menghindari pemberian hukuman yang berlebihan, tidak proposional, dan terlalu sering f.. Memberi contoh yang baik g.. Menanamkan kejujuran h.. Mengajarkan nilai-nilai moral i.. Memancing anak berani bercerita hal-hal yang nyata j.. Mengajak anak bercerita tentang keinginan dan fantasinya k.. Menyelidiki sebab-sebab anak berbohong l.. Bila Anda tidak menanangani lagi, mintalah bantuan pada ahlinya. Mendongeng Untuk Anak Mendengarkan dongeng sangat disukai semua anak. Sebagai aktivitas yang tidak mengeluarkan banyak energi, anak akan menikmati cerita-cerita yang Anda sampaikan. Tentunya dengan "bumbu-bumbu penyedap" yang bisa menarik minat anak mendengarkan hingga tuntas. Ciptakan rasa penasaran anak pada topik cerita. Rangkai dalam satu bagian kisah yang membuat anak berpikir dan selalu ingin bertanya. Pilih kalimat yang komunikatif dan imajinatif. Bila anak sangat berminat dengan cerita Anda, pertajam lagi isi cerita. Banyak manfaat yang bisa diambil bila Anda rajin menceritakan dongeng pada anak. Anak cenderung lebih imajinatif, komunikatif, kreatif, dan cepat menangkap situasi disekitarnya. Anak juga akan memiliki kosa kata lebih banyak, pintar menyusun kata-kata dengan intonasi nada yang teratur dan lebih menarik. Pilih dongeng yang mendidik, memiliki nilai-nilai moral yang baik, dan ringan sehingga cepat ditangkap anak. Sisipkan dengan kalimat humor yang interaktif. Agar lebih menarik, ubah gaya bicara Anda sesuai tokoh yang Anda tampilkan. Anda bisa memilih dongeng berlatar belakang cerita rakyat. Cerita ini masih lazim digunakan orangtua sebagai bahan dongengan. Begitupun dengan cerita sejarah, pahlawan ataupun asal muasal suatu daerah. Dongeng yang mengambil tokoh-tokoh fiktif seperti binatang yang bisa berbicara, nenek sihir, atau benda-benda mati yang 'dihidupkan' juga menarik menjadi bahan cerita Anda. Buatlah dongeng menjadi cerita bersambung yang disampaikan pada anak secara bertahap. Dengan begitu anak akan selalu mengingat-ingat cerita Anda yang belum selesai. Anak juga akan terlatih untuk berpikir tentang kelanjutannya. Fantasi anak akan terus berkembang sesuai dengan imajinasinya. (sumber : satuwanita.com ; Witri/Tabloid Wanita Indonesia)

MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN KECERDASAN ANAK

Agar anak bisa tumbuh secara optimal diperlukan lingkungan yang subur. Orang tua dan guru memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan itu guna merangsang segenap potensi anak.

"Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak secara kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul dimasa datang," ujar Dr. Seto Mulyadi saat tampil pada seminar mini Mempersiapkan Anak Cerdas dengan Tumbuh Kembang yang Optimal diselenggarakan RS Harapan Kita di Hotel Ibis, Slipi, Jakarta, Sabtu (26/2) lalu.

Menurut pakar, 60 - 70 persen kecerdasan anak diturunkan secara genetik. Sedangkan 30 - 40 persen sisanya merupakan pengaruh lingkungan, antara lain seperti stimulan, makanan dan pendidikan. Sementara menurut Dr. Iramaswaty Kamarul, Sp.A, peranan AA dan DHA dalam kecerdasan anak sangat diperlukan. Hal itu bisa ditemukan dalam ASI.

Lokakarya Child Health Foundation merekomendasikan agar bayi yang memperoleh ASI harus memperoleh susu formula yang mengandung 0,35 persen AA dan 0,2 persen DHA. Berbagai cara telah ditempuh untuk mendapatkan AA-DHA dalam susu formula, yaitu dengan menambahkan sumber microbiologic (ganggang laut), minyak ikan (solomon), telur, dan minyak nabati.

Masa Keemasan Anak

Masa Keemasan Anak

Masa keemasan (golden age) seorang anak adalah merupakan masa paling penting bagi pembentukan pengetahuan dan prilaku anak. Oleh sebab itu, banyak para orang tua yang kemudian "menjejali" anaknya dengan berbagai hal sejak usia dini.Terlebih saat ini semakin banyak tawaran produk atau jasa yang ditujukan untuk anak-anak kita, dengan alasan yang kerap dipakai adalah Golden Age manusia hanya terjadi pada anak-anak, sehingga sang orang tua hanya dihadapkan kepada dua pilihan mau
berbuat sebanyak-banyaknya atau membiarkan saja masa itu berlalu ?

Seorang ibu, Sundari 35 tahun di bilangan Menteng Jakarta Pusat menuturkan bahwa anaknya sejak berusia 2 tahun hingga sekarang berusia 5 tahun dan sudah memasuki TK, sudah diikutkan dalam berbagai kegiatan seperti kursus komputer, bahasa Inggris, piano, renang, ballet, aritmatika, melukis, dan menari. "Pokoknya saya buat anak saya ini super sibuk mumpung otaknya masih bersih" ujarnya. (mainnya kapan ya ?). Untunglah ibu Sundari termasuk golongan the have, jadi tidak ada masalah mau bagaimanapun anaknya dibentuk.

"Pokoknya saya buat anak saya ini super sibuk mumpung otaknya masih bersih" ujarnya.

Lebih-lebih kalau bicara soal pertumbuhan badannya, disamping diberi minum susu yang bagus, juga ditambahkan dengan makanan suplemen kesehatan fisik dan otak yang harganya selangit. Hanya persoalannya tepatkah sikap ibu tersebut dalam mengisi masa keemasan anaknya ?

Memang menurut beberapa penelitian para ahli mereka sepakat bahwa otak manusia itu mengalami proses perkembangan dari tingkat yang paling dahsyat sampai kemudian melemah. Menurut catatan Gordon Dryden dan Jeannette Vos, seperti ditulis dalam bukunya Learning Revolution (1999), para peneliti membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar anak ditentukan dalam 4 tahun pertamanya, dan 30%-nya
sebelum usianya mencapai 8 tahun.

"Tapi ini tidak berarti bahwa si anak menyerap 50% pengetahuan, atau 50% kearifan, atau 50% kecerdasan pada usia ke empat. Maksudnya adalah, dalam empat tahun pertama itu anak membentuk jalur-jalur belajar utama di otaknya (koneksi dalam otak). Materi apapun yang ia pelajari nanti akan berdiri di atas dasar jalur-jalur itu," tulisnya menegaskan tentang empat tahun pertama.

Imam Ratrioso seorang psikolog meluruskan pandangan umum tentang golden age anak bahwa masa itu tidak lantas si anak dijejali dengan 1000 halaman buku dan berbagai suplemen kesehatan. Yang justru lebih penting adalah kualitas pengasuhan kita. Mengapa ?

"Karena golden age adalah masa dimana jalur belajar anak tentang karakter, sikap, intelek, emosi, dan moral manusia dibentuk. Semakin bagus kualitas pengasuhannya, berarti semakin banyak dan bagus jalur belajar yang terbentuk di otaknya" jawab Imam.

Phil Silva, Direktur Riset di Universitas Otago - New Zealand, menyimpulkan bahwa anak yang pertumbuhan jalur belajarnya bermasalah pada usia dini akan cenderung mengalamai masalah pada usia remaja.Bagaimana seharusnya orang tua ?Kalau kita ingin mencari anak yang hidupnya enak, pastinya tempatnya sudah jelas, di rumah mewah, sekolah yang bayarnya mahal, restoran jetset, dan mobil yang mentereng.

Tapi kalau mencari anak yang punya otak hebat, tempatnya tidak jelas. Kita bisa temukan anak berotak hebat itu di rumah mewah atau di gubuk reyot, rumah kontrakan, bahkan ada yang di tenda-tenda pengungsian. Ada juga kita temukan di sekolah mahal bertaraf internasional atau di sebuah pesantren dekat kaki gunung nun jauh di sebuah desa terpencil, bahkan ada juga di panti asuhan.

Itulah sebabnya kalau kita membaca biografi tentang orang-orang besar dunia, dari mulai para nabi hingga orang biasa, akan kita temukan fakta yang tidak seragam

Itulah sebabnya kalau kita membaca biografi tentang orang-orang besar dunia, dari mulai para nabi hingga orang biasa, akan kita temukan fakta yang tidak seragam mengenai asal usul dan latar belakang sosial mereka. Ada yang dari keluarga dan lingkungan yang enak, dan ada dari situasi dan kondisi lingkungan yang sama sekali tidak nyaman.

Walau demikian, mereka memiliki kesamaan umum yang di istilahkan oleh pakar pengembangan diri sebagai "learning" (punya tradisi belajar). Belajar adalah upaya seseorang untuk menyalakan api kejeniusan.

Ada tiga faktor manusia menjadi jenius. Pertama, karena diajar oleh Tuhan langsung sejak dari kandungan. Kedua, karena diajar oleh Tuhan secara tidak langsung melalui pengasuhan yang bagus dari orang dewasa disekitarnya. Ketiga, karena diajar oleh Tuhan secara tidak langsung melalui pengalaman pahit dalam hidupnya.

Pasti kita tidak pernah tahu termasuk golongan mana anak kita nanti. Karena itu, yang paling penting dilakukan oleh para orangtua adalah harus senantiasa menyalakan api kejeniusan atau merangsang terbentuknya berbagai jalur belajar di otaknya, bukan seperti orang mengisi keranjang dengan konsumerisme (memasukkan berbagai kursus, mengonsumsi semua jenis suplemen gizi, dan lain-lain). Dan itu semua ditentukan oleh pola pendidikan dan pengasuhan yang berkualitas.

Pola Pengasuhan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menganjurkan para orang tua untuk memberi bekal kebaikan kepada anak sejak dini "minal mahdi ilal lahdi" dengan pola pendekatan melalui permainan yang menggembirakan, tidak kasar, berdisiplin, dan ajarkan pengetahuan sesuai dengan tingkat usianya.

Bahkan dalam hal pemberian nama saja Rasulullah menganjurkan agar memberi dengan nama yang baik supaya terbentuk konsep diri positif. Termasuk juga memberi makanan bergizi. Kriteria bergizi menurut beliau adalah : Pertama, harus halal dan baik secara kesehatan, dan kedua, harus benar dalam cara mendapatkannya. Beliau mengingatkan jangan sampai kita memberi makanan yang haram dan diperoleh secara haram karena makanan itu akan menjadi daging dan itu akan ikut membentuk perilaku.

Selanjutnya Rasulullah juga mengingatkan kita agar menanamkan sejak dini kepada anak kita tradisi bersyukur. Syukur adalah menggunakan karunia Allah dengan cara yang benar dan untuk hal-hal yang benar, baik, serta bermanfaat. Wallahu a'lam.
(sal/voa-islam dari berbagai sumber).